Sebuah kata yang
tentunya bermakna ada kemungkinan akan mengalami perubahan. Dalam
masa yang singkat makna kata akan tetap atau tidak berubah, akan
tetapi dalam kurun waktu yang lama ada kemungkinan makna suatu kata
tersebut mengalami perubahan ataupun pergeseran dari segi maknanya.
Dengan asumsi tersebut maka didapatkan definisi sebagai berikut:
Pergeseran
makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonotasian
(konotasi), penyinestesian (sinestesia), dan pengasosiasian makna
kata yang masih dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna
rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal
mengalami perluasan atau penyempitan rujukan. Sebagai contoh kata:
Bapak, Saudara, dll.
Jadi, sebuah kata
yang pada waktu dulu bermakana “A” misalnya, maka pada masa
sekarang bisa bermakna “B”, dan pada suatu waktu kelak mungkin
juga bisa bermakna “C” atau bermakana “D”. Sebagai contoh
yaitu pada kata sastra
yang paling tidak sudah mengalami tiga kali perubahan makna. Pada
mulanya kata sastra
ini
bermakna ‘tulisan’ atau ‘huruf’; lalu berubah makna menjadi
‘buku’; kemudian berubah lagi menjadi ‘ buku yang baik isinya
dan bahasanya’; dan sekarang yang disebut karya sastra adalah karya
yang bersifat imaginatif dan kreatif.
Makna kata juga
dapat mengalami pergeseran akibat adanya sikap dan penilaian tertentu
pada masyarakat pemakainya. Sehingga makna kata dapat mengalamai
degradasi
atau peyorasi,
yakni
makna kata yang akhirnya dianggap memiliki nilai rendah atau
berkonotasi negatif. Kemudian adanya elevasi
atau ameliorasi,
yakni
suatu kata yang memiliki makna kata yang dianggap memiliki nilai
ataupun konotasi yang positif dibandingkan makna sebelumnya. Kata-
kata yang dapat mengalami perkembangan, pergeseran maupun perubahan
makna umumnya terbatas pada bentuk full
word
atau otosemantik
yakni kata yang telah mengandung makna penuh. Sedangkan untuk bentuk
form
word
atau sinsemantik,
yakni kata- kata yang memiliki makna setelah digfabungtkan dengan
bentuk atau kata lainnya, hanya mengalami peningkatan atau penurunan
dalam frekuensi pemakaian. Bentuk –tah,
misalnya, telah jarang muncul dalam penggunaan, sementara muncul
relasi bentuk baru keberterimaan,
kesinambungan, ataupun pelanggan.
Adanya kemungkinan
perubahan atau pergeseran makna ini tidak berlaku untuk semua kosa
kata yang ada, karena masih banyak juga kata yang maknanya sejak
dahulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Malah jumlahnya mungkin
lebih banyak dari pada yang berubah atau pernah berubah. Apabila
dikaji pergeseran, perkembangan maupun perubahan makna tersebut
dilatari oleh unsur penyebab tertentu. Beberapa diantara latar tau
faktor penyebab perubahan makna itu dapat dipaparkan sebagai berikut.
Perkembangan
dalam bidang ilmu dan teknologi. Perkembangan dalam bidang ilmu dan
kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna
suatu kata. Sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna tentang
sutau yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang
dikandung telah berubah akibat pandangan baru tentang suatu ilmu dan
perkembangan teknologi.
Contoh
; kata berlayar
yaitu
dulu hanya digunakan untuk kapal/ perahu yang menggunakan
layar”tenaga angin” tetapi sekarang perahu/ kapal yang
menggunakan mesin disel/turbo/uap, tetapi kata berlayar tetap
digunakan untuk menyebut perjalanan di air. Kata Sastra
ini bermakna ‘tulisan’ atau ‘huruf’; lalu berubah makna
menjadi ‘buku’; kemudian berubah lagi menjadi ‘ buku yang baik
isinya dan bahasanya’; dan sekarang yang disebut karya sastra
adalah karya yang bersifat imaginatif dan kreatif. dll.
Perkembangan
sosial dan budaya. Perkembangan dalam masyarakat tentang sikap
sosial dan budaya, juga terjadi perubahan makna. Jadi bentuk katanya
tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya telah berbeda.
Contoh;
istilah perkerabatan. Kata Saudara,semula
berarti seperut/ sekandung tetapi sekarang digunakan juga untuk
menyebut orang lain, sebagai sapaan, untuk yang sederajat, begitu
juga dengan kata bapak,
ibu,
yang mengalami perluasan makna.
Perbedaan
bidang pemakainan. Bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan
memilki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan
makna tertentu dalam bidang tersebut. Contoh: dalam bidang pertanian
(menggarap, membajak, panen, menabur, menanam,dll) yang dalam
perkembanganya digunakan dalam kehidupan sehari- hari atau bidang
lain yang tentunya menjadikanya memiliki makna baru atau makna lain.
Adanya
Asosiasi. Adanya hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu
yang lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran tersebut,”bila
disebut ujaran tersebut maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain
yang berkenaan dengan ujaran tersebut. Contoh; suaranya sedap
didengar/ wajahnya manis.
Kata sedap dan manis adalah urusan indra perasa lidah tetapi menjadi
tanggapan indra pendengaran dan pengelihatan.
Perbedaan
tanggapan. Contoh ; kata bini lebih peyoratif (nilainya merosot
menjadi rendah), sedangkan istri dianggap amelioratif (nilainya naik
menjadi tinggi). Dulu penggunaan kata bini adalah hal yang biasa dan
lazim digunakan untuk menyebut pasangan hidup tetapi karena
berbedanya tanggapan akhirnya kata bini dianggap sebagai peyoratif
dibandingkan kata istri.
Pengembangan
istilah. Memanfaatkan kosakata yang telah ada dengan memberikan
makna baru, baik dengan menyempitkan, meluaskan, ataupaun memberikan
arti baru sama sekali.contoh : papan’lempeng kayu’ kini menjadi
perumahan/rumah, sandang’selendang’kini bermakna pakaian, dll.
Akibat
ciri dasar yang dimiliki oleh unsur internal bahasa, yakni makna
kata selain dapat memiliki hubungan erat dengan dengan kata
lainnya, misalnya dalam kolokasi,
makan dan bentuk kata, bisa juga tumpang tindih, misalnya dalam
polisemi, sinonimi, homonimi. Kolokasi yang sangat ketat antara kopi
dangan minuman,
misalnya, menyebabkan adanya perkembangan makna kopi itu sendiri
yang selain mengacu pada “buah” juga “bubuk” dan “minuman”.
Akibat
adanya proses gramatik, yaitu misalnya kata ibu
akibat mengalami relasi gramatik dengan kota
akhirnya tidak merujuk pada “wanita” tetapi pada tempat atau
daerah.
Akibat
unsur kesejarahan, yakni berkaitan dengan perjalanan bahasa itu
sendiri dari generasi ke generasi, perkembangan konsep ilmu
pengetahuan, kebijakan institusi, serta perkembangan ide dan objek
yang dimaknai. Sebagai contoh kata penghayatan
dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila berbeda dengan
penghayatan
musik klasik.
Faktor
emotif, yakni pergeseran makna yang ditandai oleh adanya asosiasi,
analogi, maupun perbandingan dalam pemakaian bentuk bahasa.
Terdapatnya asosiasi, analogi dan perbandingan salah satunya
menyebabkan adanya bentuk metaforis, baik secara antromofis,
perbandingan binatang, dan sinaestetis.Metafora
antromofis
yaitu penataan relasi kata yang seharusnya khusus untuk fitur
manusia tetapi dikaitkan dengan benda- benda tak bernyawa.
Contoh:pagi
berseri, malam yang bisu, belaian angin,dll.
Metafora
binatang yaitu
pemakaian yang hanya khusus untuk binatang tetapi dikaitkan dengan
benda tak bernyawa maupun dengan manusia. Contoh: jago
tembak, tulisan cakar ayam, kumis kucing,
dll. Metafora
sinaestetis
yaitu
pemindahan asosiasi fitur semantis satu refren ke refren tertentu
yang secara analogis memiliki kesejajaran sifat. Misalnya kata pedas
yang hanya untuk sambal, dipindahkan untuk pembicaraan maupun kata,
misalnya kata-
katanya pedas, dll.
Jenis
Perubahan
Meluas,
yaitu pada awalnya hanya memiliki ‘makna’ karena beberapa faktor
sehingga menjadikannya memiliki makna- makna lain. Contoh ; kata
saudara, kata bapak
, kata baju
dulu hanya bermakna pakaiana sebelah atas saja tetapi sekarang bukan
saja bermakna pakaian dari pinggang ke atas tetapi juga topi, dasi,
celana, sepatu. (makna-makna yang ada masih ada hubunganya dengan
makna aslinya/poli-seminya)
Menyempit,
yaitu gejala pada suatu kata yang awalnya memiliki makna yang luas,
kemudian hanya terbatas pada sebuah makna saja. Contoh ; kata
sarjana
dulu digunakan untuk menyebut orang yang cerdik, pandai tetapi
sekarang hanya digunakan untuk menyebut orang yang sudah lulus dari
perguruan tinggi. Kata pendeta
dulu bermakna orang yang berilmu tetapi sekarang hanya bermakna
“guru dalam agama kristen”, dll.
Perubahan
total, yaitu berubahnya makna dari makna aslinya, walaupun masih ada
kemungkinan persamaanya tetapi jauh sekali. Contoh : kata seni
dulu hanya bermakna air seni/ urine tetapi sekarang bermakna sesuatu
yang indah atau berkaitan kreatifitas, kata pena
dulu hanya bermakna “bulu angsa” tetapi sekarang bermakna alat
tulis bertinta. Kata canggih
dulu bermakna sesuatu yang njelimet atau ruet tetapi sekarang
bermakna sesuatu yang njelimet masalah teknologi. dll.
Penghalusan(eufemia),
yaitu ditampilkanya kata-kata atau bentuk- bentuk yang dianggap
memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopan dari pada yang
akan digantikan. Contoh : korupsi => menyalahgunakan jabatan,
penjara => lembaga permasyarakatan.
Pengasaran(disfemia),
yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau biasa
dengan kata yang maknanya kasar.(situasi tidak ramah atau
kejengkelan atau penegasan). Contoh: mengambil => mencaplok,
memasukkan ke penjara => menjebloskan
ke penjara. (kata yang bernilai kasar tetapi sengaja digunakan untuk
memberikan tekanan tanpa tersa kasarnya. Contoh: menggondol
= anjing menggondol tulang => timnas berhasil menggondol
piala asia.
Terdapatnya
pergeseran, perkembangan, maupun perubahan makna menjadi salah satu
bukti bahwa keberadaan bahasa tidak dapat dilepaskan dari kreativitas
dan mobilitas sosial masyarakat pemakainya, dan keberadaan makna
dalam suatu bahasa tidak dapat dipisahkan dari kualitas pengalaman,
perkembangan ilmu pengetahuan, maupun tingkat sosial masyarakat
pemakainya.
Refrensi
:
Chaer Abdul,
Linguistik
Umum,
( Jakarta : Rineka Cipta ),2007.
Chaer Abdul,
Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia,edisi
revisi, (Jakarta: Rineka Cipta),2002.
Parera.
J.D.,
Teori Semantik.
(Jakarta:
Erlangga),2004.
Sumarsono,
Semantik,
(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar),
2007.
Aminuddin.
Semantik “Pengantar
Studi tentang Makna”.cet
III,(Bandung: Sinar Baru Agensindo), 2008.
Al-Khuli Muhammad
Ali.1982.
A
Dictionary of Theoritical Linguistics
English-Arabic.
Lebanon:
Librarie du Liban Beirut.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "PERGESERAN DAN PERUBAHAN MAKNA"
Posting Komentar