PENDAHULUAN
Bahasa
arab adalah bahasa yang paling kaya dengan perbendaharannya kalamnya, termasuk
paling kuno, mempunyai pengaruh yang tetap, mudah diterima dan sanggup
menghadapi perubahan zaman. Selain itu bahasa arab juga enak diucapkan dan
lancar dalam susunannya, mengagumkan kaya dalam artikel, luas dalam segala
kejadian, dapat diterima oleh indera atau yang berkisar dalam fikiran. Seperti
dalam mewujudkan ilmu pengetahuan, mengatur undang-undang dan penggambaran
khayal serta sarana kepentingan umum. Bentuk dan susunan bahasa arab jelas dan
bagian-bagiannya teratur.
Bahasa
arab merupakan bahasa umat yang ummi (buta huruf). Tidak kenal hikmah bangsa
yunani dan industri bangsa Istanbul (cina).yang kemudian tinggal berjalan
sejalan dengan lahirnya generasi, menyesuaikan diri dengan setiap waktu dan
setiap tempat. Kalau tidak karena adanya jiwa yang besar, tidaklah akan abadi
dan bisa mengembangkan diri menjadi besar dan berkembang kekuasaannya. Tidaklah
aneh jika dapat sampai ke posisi yang seperti ini karena kekayaannya yang luas
dan jauhnya pandangan dengan adanya faktor-faktor pengembang dan pendorng untuk
tetap tinggal dan meningkat yang jarang terdapat pada bahasa lain. Bahasa arab
mempunyai cara penjelasan, dapat mengatasi kekacauan dalam tashrif dan
isytiqaq(kata jadian), serta beraneka ragam majaz (kata pinjaman) dan kinayah
(kata sindiran) serta banyaknya sinonim, juga ada naql dan qolb.
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa
Arab merupakan salah satu rumpun besar bahasa Semit. Yang pertama memberi nama
ini adalah seorang orientalis bernama Schlozer yang mengambil dari tabel
pembagian bangsa-bangsa di dunia yang terdapat di dalam Perjanjian Lama. Tabel
ini menggambarkan bahwa setelah terjadinya banjir nabi Nuh semua bangsa di
dunia berasal dari tiga orang putera nabi Nuh yaitu Syam, Ham, dan Yafis.melihat dari realitas kesejarahannya bahasa arab merupakan bahasa ras semit yang masih bertahan hingga sekarang dan mempunyai pengaruh kuat terhadap bangsa ataupun negara yang penduduknya notabene memeluk agama islam terutama dalam lingkup jazirah arabia.
Nama ini singkat dan cocok untuk
sebuah istilah, akan tetapi ilmu pengetahuan modern memahami secara berbeda
dengan apa yang difahami oleh tabel pembagian bangsa dalam Perjanjian Lama
karena Perjanian Lama mendasarkan pembagian bangsa-bangsa itu pada pertimbangan
politik dan batas geografis semata. Oleh karena itu, Perjanjian Lama menganggap
bangsa Ilami dan Ludi termasuk keturunan Sam karena mereka berada di bawah
kekuasaan negara Asyuria. Meskipun di antara kedua bangsa ini sama sekali tidak
ada hubungan keluarga. Begitu juga di antara kedua bangsa tersebut dengan
bangsa Asyuria tidak terdapat hubungan kekerabatan sama sekali. Tabel
Perjanjian lama juga menganggap bangsa Finisia sebagai keturunan Ham karena
adanya hubungan politik dengan bangsa Mesir meskipun mereka lebih dekat
hubungan kekerabatannya dengan bangsa Ibrani. pada tulisan ini menekankan pada bentuk genre bahasa arab sebelum datangnya islam yang terjadi pada abad ke 5 M yang lebih dikenal dengan peradaban jahiliyah.
Menurut
ahli bahasa, serta menurut Al-Quran dan Hadis bersatunya bahasa arab adalah
merupakan hasil percampuran bahasa penduduk-penduduk yang mendiami semenanjung
jazirah arab. Tidak diketahui secara pasti kapan bahasa tersebut berbentuk
seperti bentuk sekarang ini dan juga tidak diketahui sebab-sebab yang membawa
percampuran bahasa dari penduduk tersebut. Sejauh apa yang dapat dimengerti
dari peninggalan zaman batu serta berbagai riwayat bahwa diselatan dan utara
semenanjung arab mempunyai bahasa yang berbeda dengan bahasa arab yang sampai
kepada kita. Perbedaan bahasa tersebut kalau dipelajari dapat kita lihat dari
lahjah-lahjah (dialek-dialek) dan segi I’rab dan isytiqaqnya serta persamaan
kata-katanya.
A.
Sebab-Sebab Percampuran Bahasa
Adapun
sebab-sebab percampuran bahasa adalah:
1.
Hijrahnya bani Khathan ke semenanjung arab,
percampuran mereka dengan arab Baidah di yaman yang kemudian terpencar ke
seluruh penjuru jazirah akibat pecahnya bendungan ma’rib.
2.
Hijrahnya Isma’il ke jazirah arab dan
percampuran keturunannya dengan Qahthan dengan adanya perkawinan, bertetangga,
penggembalaan, peperangan dan perdagangan. Tempat yang paling terkenal dalam
percampran bahasa arab adalah haji. Khususnya baitullah di mekkah, negara orang-orang
quraisy serta pasar-pasar yang mereka dirikan disemua penjuru jazirah
diantaranya adalah ukaz, kijinnah, dan dzul majaz.
Pasar
yang paling penting adalah pasar Ukaz yang mereka dirikan pada awal dzul qa’dah
sampai hari yang kedua puluh. Pasar tersebut mulai dibangun pada 15 tahun
setelah tahun gajah (tahun kelahiran nabi Muahammad) masa ini berlangsung sampai sesudah datangnya
islam walaupun keadaannya tidak seperti semula yakni sampai tahun 129 H. pada
waktu itu berkumpulah para bangsawan arab untuk berdagang, menebus tawanan,
menyelesaikan persengketaan, atau untuk berbangga-bangga dalam bidang sya’ir,
keturuna, kefasihan bahasa, kecantikan, keberanian dan sebagainya. Diantara
penyair yang terkenal adalah yang bernama Nabighat Ad-Dibyani, dalam bidang
pidato adalah Qus Innu Sa’adah Al-Iyyadi. Kebanyakan para penyair menyebutkan
dalam syairnya tentang pasar Ukaz.
Khusus
untuk orang Quraisy, berkumpulnya orang-orang arab diwaktu haji dan di
pasar-pasar ini mempunyai peranan yang besar dalam pendidikan dan pertumbuhan
bahasa mereka.
B.
Perbedaan Lahjah Arab
Bangsa
arab pada akhirnya terdiri dari dua golngan besar yaitu Qahtani atau Yamani dan
Adnani atau Nizzari. Dari kedua golongan ini terpencar menjadi qabilah-qabilah
yang masing-masing mempunyai lahjah yang berbeda antara satu dengan yang lainya,
tetapi dari satu asal kecuali bahasa Himyar dari Qahtan dapat mengalahkan
saudaranya yang kemudian kemasukan beberaa lafadz dan susunan kata-katanya dari
golngan Adnan yang sedikit mempunyai perbedaan lahjah. Walaupun bahasa Adnan
dapat menguasai bahasa qabilah lain, masih juga terdapat lahjah –lahjah yang
berbeda-beda pada penduduk terutama penduduk Himyar. Kita tidak melupakan
adanya pengaruh lingkungan, jauhnya satu tempat dengan yang lainnya, sarana
kehidupan yang berbeda-beda, dan sebagainya. Semuanya ini melekat menjadi
cirri-ciri tertentu bahasa setiap qabilah. Inilah secara keseluruhannya
dikatakan dengan lahjah qabilah atau bahasa qabilah.
C.
Kalam Arab
Tujuan
kalam arab sebagaimana kalam-kalam yang lainnya, ialah untuk mengungkapkan
fikiran-fikiran yang tersimpan didalam jiwa seseorang, untuk mendapatkan
tanggapan dan cara-cara untuk mempermudah pekerjaan dalam kehidupan, dimana
fikiran selalu mengadakan pembaharuan yang tiada henti-hentinya, maka gambaran
bentuk yang menyatakan fikiran inipun selalu mendapat pembaharuan menurut
kemampuan daya cipta yang sesuai dengan keadaan.
Kadang-kadang
kalam tersebut sampai kepuncak balaghahnya karena ringkasnya kata-kata, artinya
yang tepat, penyampaianya yang baik serta halusnya isyarat, sehingga enak
didengar, mudah dihafal dan mudah dimengerti, inilah yang disebut dengan mutsul
atau hikmah. Adapun secara pengertian, hikmah adalah perkataan yang indah yang
mengandung hukum yang betul dan dapat diterima, sedangkan mutsul adalah
perumpamaan atau kata-kata tiruan yang bertujuan menyerupakan keadaan yang
ditiru dengan keadaan lain yang menimbulkan diucapkannya peniruan tersebut.
Kadang bentuk katanya menurun sampai ketingkat yang paling rendah dalam
pengertiannya, dimana kalau sampai ke posisi ini menjadi asing bagi para ahli
sastra. Adapun bahasa mutsul itu terbagi
atas dua bagian, yaitu:
1.
Mutsul hakiki, ialah mutsul yang mempunyai
sumber yang nyata dan jelas dipergunakannya dan disesuaikan dengan sumber
tersebut.
2.
Mutsul fardliyah, ialah mutsul yang diambil dari
kata-kata binatang atau tumbuh-tumbuhan atau benda-benda padat.
Mutsul fardlyah ini banyak terdapat pada waktu
merajalelanya kedzaliman dan kediktatoran, dimana orang yang memberi peringatan
dan petunjuk sering mendapat hukuman. Disini secara terpaksa mereka menggunkan mutsul
fardliyah dalam menyampaikan pesan untuk keselamatan hidupnya. Karena dengan
cara yang halus seperti dengan lelucon yang mengandung nasihat bisa memberikan peringatan
kepada pemimpin-pemimpin yang dzalim dan diktator. Mutsul merupakan cermin yang
menggambarkan gambaran-gambaran bangsa telah lalu dan ia merupaan timbangan
yang mengukur pasang surutnya bangsa, sastra dan bahasanya. Orang arab sangat
banyak menggunakan mutsul sehingga pada setiap kesempatan mereka selalu
menggunakannya. Sampai ada pujangga yang sengaja menyusun mutsul-mutsul ini dan
diantara mutsul yang terkenal yaitu mutsul luqmanul hakim.
Adapun
tujuan bahasa arab pada masa sebelum datangnya islam (jahili) adalah:
1.
Bahasa digunakan untuk kehidupan baduwi, serta
menyifati kesejahteraan, separti menetap dan perginya kesuatu daerah, hasil
yang diperoleh dari binatang dan gembalanya.
2.
Sebagai pemanasan dalam persengketaan dan
permusuhan serta apa-apa yang ditimbulkan dari kedua hal tersebut.seperti dorongan
untuk balas dendam, pesta dalam kemenangan, dan berbangga-bangga dari
keturunan.
Adapun
makna bahasa pada zaman jahiliyah adalah sebagai berikut: arti mufradatnya
sederhana sesuai dengan kebaduian dan fitrah (naluri) mereka yang sederhana
tidak tercampur dengan kemajuan zaman dan keindahan. Cara berfikirnya
dihasilkan dari hal-hal yang dapat diraba, dilihat, atau watak, perasaan atau
percbaan dengan cara yang tidak berlebih-lebihan dan tidak mendalam. Daya
khayal mereka dihasilkan dari gambaran-gambaran yang nyata atas dasar hal-hal
yang jarang keluar dari kemampuan akal dan kebiasaan.
D.
Pembagian Kalam Arab
Kalam
arab terbagi menjadi dua bagian, yaitu natsar dan nadzam. Nadzam
adalah kalam yang berwazan dan bersajak, sedangkan natsar adalah kalam yang
tidak tergantung pada wazan dan sajak.
1.
Natsar
terdiri
dari percakapan pidato dan tulisan, kalam itu pada dasarnya adalah berbentuk
natsar karena untuk menjelaskan maksud dan tujuan lebih mudah dan jelas. Kalam
bisa merupakan percakapan yang terjadi antara satu orang dengan yang lain untuk memperbaiki bentuk-bentuk
kehidupan yang disebut muhadatsah. Ada yang merupaan perkataan yang fasih yang
mempunyai kepentingan yang disampaikan kepada sekelompok manusia. Ini yang
dinamakan Al-Khitabah. Dan ada pula kalam yang dilukiskan dengan huruf atau
lukisan-lukisan yang lain untu kepentingan yang tidak disebutkan, atau untuk
disimpan untuk orang-orang yang datang kemudian karena jauhnya jarak antara
keduanya yang sedang bercakap, inilah yang disebut kitabah. Adapaun cirri-ciri
dari natsar jahiliyah adalah :
1.
Sedikit ketelitian mereka dalam memilih
kata-kata yang sesuai dengan wazan yang sama iramanya. Mereka menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan arti dan menurut apa adanya.
2.
Jarang mengunkan kalimat-kalimat dan
ungkaan-ungkapan yang mempunyai arti-arti sebagaimana yang sering digunakan
oleh jahidh dan kawan-kawannya.
3.
Sedikit kecendrungan mereka berlebih-lebihan
dalam membentuk ungkapan-ungkapan dan uslub-uslub serta sajak-sajak mereka
kecuali sajak para dukun atau peramal.
4.
Kalimatnya pendek-pendek dan sering menggunakan
hikam mutsul dan wasiyat.
5.
Memiliki kecenderungan dalam menggunakan
kata-kata yang singkat tanpa meninggalkan arti.
6.
Sering menggunakan kinayah yang mendekati
kenyataan, terus terang pada hal-hal yang mereka anggap jelek atau menggerakan jiwa
dalam mendatangkan gambaran sindiran dengan menggunakan sifat yang khas.
7.
Tidak begitu memperdalam arti kata-kata yang
jauh dan memperdalam pemikiran yang sukar difahami sehingga membutuhkan
pemikiran dan penelitian ilmiah.
1.1.Muhadatsah
Atau Lughatut Takhathub
Bahasa
muhadatsah orang jahiliyah setelah mereka menjadi satu adalah bahasa
al-mu’arabah. Yang mereka gunakan dalam sya’ir, pidato dan tulisan. Penggunaan
untuk ketiga keperluan ini tidak ada perbedaan dari segi balaghah kecuali
hal-hal yang mengharuskan adanya pada khitabah, sya’ir dan tulisan seperti
dalam kegunaan persoalan dan ketelitian dalam ibarat harus selalu disebutkan.
Kebanyakan yang sampai kepada kita mempunyai arti yang mulia dan kata-katanya
fasih.
1.2.Khitabah
Kitabah
adalah sejenis perkataan dan merupakan cara untuk memuaskan sesuatu dalam
perlengkapan mempengaruhi karena hadirnya dalam mempertahankan pendapatnya
sendiri dan merupakan reaksi terhadap hal-hal yang menyangkut pendapat
tersebut.
Faktor
alami yang mendorong adanya kitabah pada masa jahiliyah adalah:
1.
Sebagian besar umat arab buta huruf yang
mengakibatkan mereka harus menggunakan lisan lebih banyak.
2.
Mereka menguasai fasehah dan tunduk pada
kaedah-kaedah balaghah.
3.
Terpecahnya mereka dalam beberapa kabilah yang
berdiri sendiri dan kelmpk-kelmpok kecil.
4.
Kmunikasi yang teratur diantara mereka masih
belum ada seperti adanya ps yang membawa surat-surat atau telegram yang
menyampaikan berita penting atau surat-surat kabar yang menyiarkan peristiwa-peristiwa
umum.
5.
Timbulnya pernyataan karena hal-hal yang remeh
yang membawa kedalaman mempertahankan diri sendiri, harga diri dan harta
kemudian timbulnya pembalasan.
1..3.Kitabah
Yang dimaksud dalam kitabah disini adalah adanya
pahatan-pahatan, lukisan yang disebut khat, makanya perlu menerangkan timbulnya
khat arab, yaitu : fase prtama dari silsilah khat arab iala khat misyri
al-qadim, darinya munculah khat finiqi kemudian khayt aroma. Dari semua khat
itu munclah khat ats-tsamudi al-lihyani di utara jazirah arab dan al-himyari di
selatan jazirah arab. Dari sini para rawi arab dan peneliti dari bangsa mesir
berselisih pendapat.
2.
Nadzam
Nadzam
adalah bagian kedua dari bagian kalam, menurut ahli ‘arud, nadzam adalah kalam
yang berwazan dan berakhiran sama secara disengaja. Dan menurut mereka definisi
ini sama dengan syi’ir.
Secara
etimologi syi’ir berasal dari kata شعَر أو
شعُر yang berarti mengetahui
dan merasakannya. Sedangkan menurut terminologi, ada beberapa pendapat yang
mengutarakannya, diantaranya menurut Dr. Ali Badri :
الشّعر هو كلام موزون قصدا بوزن
عربيّ
Artinya
syi’ir adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan menggunakan irama atau
wazan arab.
Perlu
diketahui, bahwa syi’ir arab kalau ditinjau dari segi bentuknya, terbagi
menjadi tiga macam: pertama syi’ir multazim/tradisional yakni syi’ir
yang terikat dengan aturan wazan dan qafiyah. Kedua syi’ir mursal/mutlak
yakni syi’ir yang hanya terikat dengan satuan irama atau taf’ilah, tetapi tidak
terikat oleh aturan wazan dan qafiyah. Ketiga adalah syi’ir mantsur /
syi’ir bebas yakni syi’ir yang sama sekali tidak terikat oleh aturan wazan dan
qafiyah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Iskandari, Ahmad. Al-Wasit.
Mesir : Darul Al-Ma’arif.
Hamid, Drs. Mas’an. “Ilmu Arudl
dan Qawafi”. Surabaya : Al-Ikhlas
Al-Iskandari, Ahmad. Al-Wasit.
Mesir : Darul Al-Ma’arif.
Al-Iskandari, Ahmad.
Al-Wasit. Mesir : Darul Al-Ma’arif.
1 Tanggapan untuk "Genre Bahasa Arab Jahili"
ada benarnya... makanya secara totalitas sebagai umat muslim kita harus bisa membentengi keimanan, idiologi, dan akhlak kita dengan islam sebagai ajaran paripurna, dengan quran an hadis sebagi sumbernya...sedangkan dalam realitad masyarakat dan dunia, hukum islam itu harus menjadi sumber nilai yang merasuk dalam UU, HukuM negara, hukim dunia inter nasional untuk di implementasikan oleh aparatur negaranya. masyarakat dan umatnya dalam beraktualisasi...
Posting Komentar