PENDAHULUAN
1. Latar
belakang masalah
Al-Andalus
adalah nama dari semenanjung Iberia(Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh
orang Islam atau orang Moor dalam berbagai waktu antar tahun 711 -1492.
Keilmuan di Andalusia berlangsung selama kekuasaan Bani Umayyah dari tahun
137-422 H. ilmu bahasa arab berkembang seiring perkembangan keilmuan di Cordova
dan kota-kota lainnya banyak orang yang mengajarkan dasar-dasara bahasa arab
melalui kajian teks dan syair. Mayoritas dari mereka adalah para quro yang
hidup mengabdi menjaga kemurnian bacaan al-qur’an, mereka melakukan perjalanan
ke Timur untuk belajar bacaan al-qu’ran dan lain sebagainya lalu kembali dan
mengajar di Andalusia. Ada beberapa tokoh nahwu di Andalusia, diantaranya: Abu
Musa Al-Hiwari,al-Ghazi bin Qis, Judiy Bin Utsman al-Maururi, dan masih banyak
lagi dan yang paling terkenal adalah Ibnu Malik dengan kitab alfiyahnya.
Ibnu
Malik adalah pakar gramatika yang banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang
menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang akan dibahas dalam pembahasan
berikutnya.
2. Rumusan
masalah
Makalah
ini meliputi pembahasan yang berkaitan dengan ahli tokoh bahasa arab yang
bernama Ibnu Malik, permasalahan tersebut meliputi biografi, riwayat
pendidikan, dan asal-usul istinbat dalam gramatikanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. GEOGRAFIS
ANDALUS
Andalusia (bahasa Spanyol:
Andalucía) adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi yang
paling padat penduduknya dan yang kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk
Spanyol. Ibu kotanya adalah Sevilla.
Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk
kepada bagian dari jazirah Iberia yang
dahulu berada di bawah pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos,
ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di
Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus. Lebih banyak
informasi tentang wilayah ini dapat ditemukan dalam entri Hispania Baetica, nama provinsi Romawi yang
dahulu terletak di wilayah ini.
Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan Muslim di
wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492 dengan penaklukan
kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik.
Bahasa Spanyol yang digunakan di benua Amerika pada umumnya merupakan turunan
dari dialek
Andalusia dari Spanyol Castilian
karena peranan yang dimainkan oleh Sevilla sebagai pintu gerbang ke
wilayah-wilayah Spanyol di Amerika pada abad ke- 16 dan 17.
2. PERKEMBANGAN NAHWU DI
ANDALUSIA (IBNU MALIK)
Sejarah mencatat, dunia ilmu pengetahuan Islam telah sampai ke
Eropa pada abad pertengahan. Begitu gemer-lapnya, cahaya Islam bagaikan menara
gading yang mengagumkan. Sehingga banyak orang, baik dari kalangan umat Islam
sendiri maupun non-Muslim, mempelajari ilmu pengetahuan dari Islam. Salah
seorang cendekiawan Muslim yang muncul di tanah Eropa, tepatnya di Andalusia
(Spanyol), adalah Muhammad bin Abdullah bin Malik Al-Thai. Cendekiawan Muslim
yang lebih akrab dipanggil Ibnu Malik ini lahir di Kota Jayyan, Andalusia, pada
tahun 600 H. Ia adalah seorang ahli bahasa Arab.
Sewaktu pasukan Salib menguasai Andalusia. Ibnu Malik berhijrah ke
wilayah timur. Dia pernah singgah di Mesir kemudian menetap di Damaskus,
Suriah. Selain dikenal sebagai pakar dalam tatailmu bahasa, Ibnu Malik juga
mahir di bidang ilmu bacaan Alquran {qiraat) dan ilmu hadis. Tidak hanya di
cabang tata bahasa. Ibnu Malik telah mengarang sejumlah kitab hadis, seperti
kitab SyawahidAITaudhh li Al-MusykilatAl-Jami Al-Shahih.
Di bidang bahasa terutama ilmu tashrif\Ibnu Malik mengarang kitab
Ijaz Al-Tashriffi llm Al-Tashrif, Lamiyat Al-Afal. dan Al-ttidlad fi Al-dha wa
Al-dla. Kepakarannya itulah yang di kemudian han mencetak generasi ulama-ulama
andal, antara lam Badr Al-Din Ibn Jamaah, hakim di Mesir, Abu Al-Hasan Al-Yunaini,
ahli hadis terkemuka dan Ibn Al-Nuhas, seorang pakar nahwu terkemuka. Ibnu
Malik meninggal pada 12 Syaban 672 sebagai seorang imam yang dikenal zuhud dan
cinta ilmu. Bahkan, sebelum wafat, dia masih sempat menghafal delapan bait.
3 BIOGRAFI IBNU MALIK
Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
bin Abdullah bin Malik al-Tha’i al-Jayyalani al-Asyafi’i. Ibnu Malik lahir
tahyun 600 H. Menurut
riwayat yang paling mu’tabar di daerah jayan, distrik Andalus tengah.
Masa
muda Ibnu Malik disibukkan dengan menuntut ilmu. Pada awal kehidupan imiahnya,
beliau menghafalkan al-Qur’an, kemudian diikutinya dengan belajar ilmu qiro’at,
kalam (teologi) dan tatabahasa arab.
Dalam
ilmu bahasa arab, mula-mula beliau belajar dari syeikh Abi al-Mudzafar Tsabit
bin al-Khiyar (w. 628 H) dan syeikh Abu Ali al-Syalaubin. Tapi pengembaraannya
tidak sampai di situ saja, beliau pun belajar pada syeikh Abi Rozin bin Tsabit
dan Abi Abdullah Muhammad bin Malik.
Perjalanan
Ibnu Malik ke timur jauh dimulai terjadinya chaos
dan kekacauan di Andalus yang di ikuti dengan keluarnya Amir al-Mukminin, Abu
Abdullah Muhammad bin Ya’ qub
dari Isybili atau Sevilla (kota spanyol) tahun 609 H. Menuju ke daerah Jayan,
sekaligus menjadikannya sebagai tempat pemukiman sementara, sambil membangun
dan menata kembali kekuatannya. Pada suatu acara perjalanan yang direncakannya
beliau bertemu dengan Advent di suatu tempat yang di kenal dengan “Uqob” daerah
sebelah barat benteng Salim.
Pertemuan
ini dimanfaatkan oleh Advent untuk menyiapkan angkatan bersenjatanya. Satu hal
yang tidak diduga sama sekali oleh Amir al-Mukminin. Akibat selanjutnya dan
konfrontasi yang tidak imbang ini adalah; kekalahan dan jatuhnya banyak korban
di pihak orang-orang Islam, yang disebabkan karena ketidaksiapsiagaan kekuatan
pasukan Islam waktu itu.
Bahwa
tragedi ini (terjadi pada pertengahan Safar 609 H.) telah melahirkan
“ketakutan” yang dirasakan penduduk Andalus secara umum, dan penduduk Jayan
secara khusus, adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri. Dan bukanlah hal
yang mustahil bila dikatakan, bahwa mendiang ayahnya adalah salah satu korban
dari peristiwa ini. Bila
itu terjadi, maka Ibnu Malik ditinggal ayahnya ketika ia masih kecil, dan
sebatangkara di Andalus-barangkali-yang mengantarkan beliau harus pergi dari
Andalus menuju ke Timur Jauh. Ada
dua hal yang mendorong Ibnu Malik untuk melakukan pengembaraan ke Timur Jauh,
(ketika itu umurnya sekitar 25-30 tahun) pertama adalah;
disebabkanpergolakan-pergolakan yang terjadi pada masa itu. Kedua adalah;
tradisi orang-orang Andalus acapkali melakukan perjalanan jauh dan sebagian
besar dilakukan ke wilayah Hijaz, untuk menunaikan ibadah haji dan mencari
ilmu.
Dari
paparan cerita di atas, maka jelaslah bahwa Ibnu Malik melakukan perjalanannya
di waktu usianya masih belia. Karenanya beiau tidak menyelesaikan pengembaraan
ilmiahnya di kota kelahirannya itu, tapi diselesaikan dan disempurnakannya di
Timur Jauh.
Kepergian
Ibnu Malik adalah dalam rangka menghindari gejolak sosial dan politik yang terjadi
di Andalus, tetapi tempat yang menjadi tujuan Ibnu Malik pun ternyata dalam
keadaan bergejolak, akibat dari sisa-sisa perang Salib, dan tartar ditambah
dengan munculnyaperebutan tampik kekuasaan antara generasi pasca Shalahuddin
alAyyubi di Timur Jauh. Hal ini berakibat pada pecahnya daulah al-Ayyubiah
setelah kematian Shalahuddin.
Kendatipun
demikian, tumbuhnya kajian-kajian ilmiah dari berbagai disiplin ilmu tidak bisa
dibendung dengan ditandai munculnya Mesir dan Syam menjadi pusat kegiatan dan
kebangkitan kebudayaan dan peradaban, yang ditambah dengan gerakan tuli-menulis
dan kodifikasi ilmu pengetahuan.
Ibnu
Malik pernah berguru pada Syeikh ‘Alamuddin al-Syakhawi al-Nahwi al-Muqrie
al-Syafi’i (w. 643H.), Ibnu Shabah (w. 632H), Mukarram/Abi Shaqr (w. 635H),
yang ketika itu berada di Damaskus. Sedangkan Ibnu Ya’isy (w. 643H), dan Ibnu
Amrun yang kesemuanya dari Aleppo.
Dalam
bidang nahwu, sharf dan qiroat. Yaitu:
1) Al-Khafiyah
al-Syafiyah; dengan metode nadzoman, jumlahnya mendekati tiga ribu bait,
mengupas dan mengkaji ilmu Nahwu dan Sharf.
2) Al-Khulashoh;
adalah karya monumentalnya. Buku yang disusunnya ini sungguh merupakan
satu-satunya buku yang paling komprehenship di bidang Nahwu dan Sharf,
sistematis dan disusun dengan cara yang sangat baik.
3) Al-Tashil;
seperti dua kitab sebelumnya, kitab ini berkaitan dengan gramatika bahasa arab.
4) Ijaaz
al-Ta’rif fi ‘ilmi al-Tashrif dan Sarh Tashrif Ibnu Malik, kedua kitab ini
lebih difokuskan pada disiplin ilmu Saraf.
5) Al-Malikiyah
fi al-Qiroat dan al-Lamiyyah fi al-Qiroat.
6) Nadzmu
al-Farid dan Ikmalu al-I’lam bi mutsallatsi al-Kalam adalah karyanya dalam
bidang bahasa
BAB III
PENUTUP
Setelah memaparkan bab tentang ibnu malik maka
kesimpulan yang dapat dirumuskan disini adalah bahwa perkembangan ilmu nahwu di
Andalusia sangat signifikan. Perkembangan tersebut sangat
berpengaruh terhadap hazanah pengetahuan tentang ilmu nahwu, salah satu karya
emasnya adalah kitab al-fiyah ibnu malik tersusun dalam 1002 bait nadzam yang
menggunakan bahar rozaz dengan wazan مستفعل مستفعل
مستفعل, dan pada bab yang selanjutnya akan melahirkan madrasatu an-nahwiyah
di mesir.
DAFTAR PUSTAKA
KH M.Wafi dan A.Bahauddin, Khazanah Andalus hal 16
Dr Syauki Daif, al-madaris an-nahwiyah, hal 309
http://forumstudinahwu.blogspot.com/
Ahmad
Fatah MA Ilmu arud al-qawafi
Belum ada tanggapan untuk "Ibnu Malik Pelopor Ke-Emasan Nahwu Madhab Andalus"
Posting Komentar