1. Pendahuluan
Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta merupakan sebuah rangkaian bangunan kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dengan Kraton Jogja sebagai kerajaan Islam hasil perundingan Giyanti pada tahun 1755 dan masyarakat sekitar baik yang sekedah beribadah, mencari nafkah ataupun menjadi tempat berwisata. Berdiri pada tahun 1773, Masjid ini merupakan masjid tertua yang dibangun oleh Kerajaan Islam Ngayogyakarta Hadiningrat. terletak di sebelah barat Alun- alun Utara yang secara simbolis merupakan transendensi untuk menunjukkan keberadaan Sultan, di samping itu pimpinan perang atau penguasa pemerintahan (senopati ing ngalaga), juga sebagai sayidin panatagama khalifatulah (wakil Allah) di dunia di dalam memimpin agama (panatagama) di kasultanan.
Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I oleh seorang arsitek bernama K. Wiryokusumo, masjid ini mempunyai pengulu pertama yaitu Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat. Seperti halnya masjid-masjid lain di Jawa, masjid ini beratap tumpang tiga dengan mustoko, masjid ini berdenah bujur sangkar, mempunyai serambi, pawestren, serta kolam di tiga sisi masjid. Namun beberapa keunikan yang dimiliki oleh masjid ini adalah mempunyai gapura depan dengan bentuk semar tinandu dan sepasang bangunan pagongan di halaman depan untuk tempat gamelan sekaten.
Dalam pembangunan mesjid ini terlihat kental budaya hindu/budha mendominasi walau sudah terjadi proses akulturasi dengan Islam. Akan tetapi budaya Hindu/Budha masih dominan sejak pertamakali dibangun oleh seorang arsitek asli produk jawa bernama K. Wiryokusumo dan sampai saat ini keasliannya masih tetap dipetahankan walaupun pernah beberapa kali mesjid ini dipugar karena beberapa alasan diantaranya pada saat gempa jogya pada tahun2004. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masjid ini, saya dan teman saya yang benama Robiis melakukan investigasi langsung ke Mesjid Kauman Jogya pada tanggal 27 desember 2009.
1. Latarbelakang
Observasi/invetigasi yang saya lakukan semata-mata bukan hanya untuk memenuhi tugas matakuliah Islam Dan Budaya Local yang di ampu oleh Bu Aning Ayu, akan tetapi penulis sadar betul peran penulis sebagai mahasisiwa (agen of change dan agen of social control) harus bisa mengaplikasikan matakuliah yang ada di kelas terutama matakuliah Islam Dan Budaya Local ini kepada teman-teman mahasiswa yang lain dan dipertanggungjawabkan kepada Bu Aning Ayu selaku dosen matakuliah ini, terlebih lagi kepada masyarakat yang pada suatu saat nanti penulis akan terjun dan masuk terlibat sebagai makhluk social.
2. Isi Laporan
Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta adalah salah satu masjid raya di Indonesia yang berdiri sebelum abad ke-20, Masjid ini menyimpan begitu banyak potensi sejarah dan wisata di dalamnya. Bangunannya yang luas dan megah serta kental dengan budaya hindu/kraton menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi para wisatawan, baik lokal maupun asing. Terletak di Kampung Kauman, Kecamatan Gondomanan, Kota Jogja atau persisnya di sebelah barat Alun-alun Utara, mesjid ini menawarkan kemegahan dan keunikan arsitektur budaya Islam Jawa dengan ornament berlapis emas. Beratap tumpang tiga dengan mustaka menggambarkan daun kluwih dan gadha yang memiliki makna pencapaian kesempurnaan hidup melalui tiga tahapan kehidupan manusia yaitu Hakekat, Syari’at, dan Ma’rifat.
Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta masa sekarang tentu telah mengalami beberapa perubahan dari bentuk aslinya dulu. Bangunan serambi kini menjadi dua kali lipat lebih luas dan lebih megah bahkan dibandingkan dengan ruang utama masjid. Gempa yang terjadi pada tahun 1867 merubuhkan serambi asli, dan lantas serambi Mesjid Gedhe diperbaharui dengan menggunakan material yang sebenarnya khusus diperuntukkan bagi bangunan kraton. Lantai dasar masjid yang dulunya dari batu kali pun kini telah diganti dengan marmer dari Italia. Keunikan lain yang terdapat di mesjid ini adalah penyusunan batu kali putih sebagai dinding masjid tanpa menggunakan semen atau bahan perekat lain dan penggunaan kayu jati utuh yang telah berusia ratusan tahun sebagai penopang bangunan masjid.
Kompleks Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta sendiri terdiri dari masjid induk dengan satu ruang inti sebagai tempat untuk beribadah sholat yang dilengkapi oleh pangimaman atau mihrab, yaitu tempat imam memimpin sholat. Di samping kiri belakang mihrab terdapat maksura yang terbuat dari kayu jati bujur sangkar dengan lantai marmer yang lebih tinggi serta dilengkapi dengan tombak. Maksura dimaksudkan sebagai tempat pengamanan raja apabila sultan berkenan sholat berjamaah di Mesjid ini. Disamping itu menurut Pak Adnan sebagai pengelola masjid ini maksurah bukan hanya tempat shalat khusus Sultan tetapi juga keluarga dan kerabatnya. Maksurah terbuat kayu yang tempatnya di sebelah kiri pengimaman. Tapi maksurah dipakai Sultan dan kerabatnya hanya pada Sri Sultan pertama sampai delapan. Sedangkan Sri Sultan HB ke 9 sampai sekarang tidak menggunakannya lagi. Hal ini mewaspadai seandainya ada serangan dari musuh kepada Sultan/kerabatnya supaya lebih bisa terlindungi dari mala bahaya. Peristiwa ini pernah terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab. Ketika itu umar sedang shalat tiba-tiba Umar di tusuk pedang atau pisau budak belian presia. Di samping kanan mihrab terdapat Mimbar yang berbentuk seperti singgasana berundak sebagai tempat bagi khotib dalam menyampaikan khotbah Jumat. Mimbar dibuat dari kayu jati berhiaskan ukiran indah berbentuk ornament stilir tumbuh-tumbuhan dan bunga di prada emas, warna keemasan adalah simbol seorang Ulama derajatnya lebih tinggi dibandingakan dengan Sultan ataupun masyarakat. Tingkatannya yaitu ulama, sultan dan masyarakat. Walaupun Sultan adalah orang nomor satu tapi sangat patuh pada ulama dan terkadang menjadi penasihat pribadi sultan.
Selain ruang inti masjid induk juga dilengkapi dengan berbagai ruangan yang memiliki fungsi berbeda, seperti pawestren (tempat khusus bagi jamaah putri), yakihun (ruang khusus peristirahatan para ulama, khotib, dan merbot), blumbang (kolam), dan tentu saja serambi masjid. Bagian lain dari kompleks Masjid Gedhe pada masa sekarang adalah KUA, kantor Takmir, Pagongan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan gamelan Sekaten, Pajagan yang dulunya digunakan sebagai tempat prajurit kraton berjaga dan terletak memanjang di kanan kiri gapura, serta regol atau gapura yang berbentuk Semar Tinandu dan merupakan pintu gerbang utama kompleks masjid.
Simpulan
Artsitek Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta di pengaruhi oleh proses akulturasi antara kebudayaan hindu/Budha sebagai budaya asli dan islam sebagai budaya pendatang. Sebagai agama pendatang dalam penyebaran islam tidak mengikis habis budaya local malahan ia berbaur dengannya dan menciptakan budaya baru. Ini membuktikan islam masuk dan menyebar dijawa dengan damai dan tanpa ada paksaan sedikitpun. Arsitektur mesjid ini sangat unik sehingga berpotensi bagi sumber sejarah dan tempat wisata yang perlu dikembangkan.
Daftar Pustaka
Muhyidin Yusuf dkk, Islam Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokia Akademik Uin Sunan Kalijaga, 2005
Purkonudin Ukon dan Robiis, wawancara dengan pak Adnan, Yogyakarta, 2009
Ronny FR, www.trulyjogja.com, Yogyakarta, 2008
keterangan yang bisamembantu:
1.Maksurah adalah tempat shalat khusus Sultan dan kerabatnya. Maksurah terbuat kayu yang tempatnya di sebelah kiri pengimaman.
2.Mimbar tempat khotib khutbah yang berwarna emas kekuning-kuningan kemilau. Makna dari warna keemasan adalah bahwa seorang Ulama derajatnya lebih tinggi dibandingakan dengan Sultan atupun masyarakat.
3.Tiga atap luar masjd 1, lelangit atap luar mesjid 2, dan lelangit atap dalam masjid
1. Beratap tumpang tiga dengan mustaka menggambarkan daun kluwih dan gadha yang memiliki makna pencapaian kesempurnaan hidup melalui tiga tahapan kehidupan manusia yaitu Hakekat, Syari’at, dan Ma’rifat.
2. Bangunan dalam masjid dan luar masjid sangat sederhanaan pada tiang penyangga yang erjumlah30 tiang dan menggambarkan ruang ketauhidan pada cat bersih yang melam bangkan alam akhirat.
3. Sedangkan di masjid bagian luar menunjukan keduniaan/al mahkamah dunya alkabirah, hal ini tunjukan dengan kemegahan bangunan dan hiasan-hiasan yang megah. terdapat ukiran-ukiran yang bertuliskan arab. Walaupun tulisan arab, tapi tetap melestarikan arsitektur budaya budha.hal ini menunjukan bahwa orang hindhu yang masuk islam. begitu indahnya islam yang tidak amu merampas suatu budaya
2 Tanggapan untuk "Mesjid Gedhe Kauman Yogyakarta"
Batu peresmian masjid ini kapan ya dipasangnya?
wduh kpn yah ...sdh lm yang jls.
Posting Komentar