Photo aksi HMI Cab Jogja tuntut tunjaskan kasus Century dan Mafia Perbankan
Disusun Oleh Mahasiswa Fakultas Adab UIN_SUKA Yogyakarta
Kabid PTKM Komfak-Adab Ukon Purkonudin
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) sebagai organisasi pergerakan mahasiwa yang sudah tidak muda lagi umurnya dan sejarah telah menulis dengan tinta emasnya bahwa HMI hanya satu-satunya organisasi pergerakan yang masih bisa bertahan di bumi pertiwi ini dalam mempertegas dan menjawab problem-problem kebangsaan dan keislamaan yang ada. Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka HMI berdiri dan langsung ikut serta dalam pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat kehidupan adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan nasional itu HMI menjadi sarana penampung aspirasi mahasiswa, insan akademia, dan masyarakat pada saat itu yakni masalah kenegaraan ataupun kebangsaan dan keislaman. Yang sangat diperlukan untuk menjawab problem tersebut maka hal yang diperlukan pada masa itu adalah ilmu pengetahuan, pemimpin nasional yang ideal yakni negarawan yang “problem solving” yaitu tipe “administrator”. Di samping ilmu pengetahuan, diperlukan pula adanya iman dan akhlak sehingga mereka mampu melaksanakan tugasnya masing-masing baik itu yang insan nasionalis maupun insan yang religius. Insan yang demikian mempunyai garansi objektif mengantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius dan islami ke dalam kehidupan yang sejahtera, berdaulat, adil makmur dan bahagia yang di ridhai Allah SWT.
Pada masa reformasi HMI ikut andil dalam memperjuangkan negara kita Indonesia yang tercinta ini tidak hanya aksi dan turun ke jalan untuk melongsorkan kaum tirani yang telah menjadi parasit bangsa. Tetapi HMI menjadi inspirator bagi organisasi pergerakan yang lain ataupun lembaga-lembaga lainnya untuk maju bersama dalam satu garis yang sama, memperjuangkan bangsa dan negara kita ini ke arah yang lebih baik. untuk tercapainya cita-cita yang mulia itu banyak tantangan yang harus dihadapi dan HMI siap menjawab problem tersebut kendati realitasnya belum bisa berbicara.
Pada masa kekinian dalam merespon masalah Kebangsaan dan Keislaman HMI seperti kehilangan jati dirinya sejarang telah berbicara bahwa HMI telah menorehkan tinta emas, akan tetapi kita hanya bisa beromantisme dan mengenang sejarah kejayaan masalau merasa terninabobokan akan kebesaran nama HMI di masa itu, tanpa ada tindakan, evaluasi, maupun proyeksi dari kita bersama. imbasnya bukan hanya masalah Kebangsaan atau Keislaman yang menjadi sub pokok bahasan kita. tetapi HMI dihadapkan pada suatu kondisi yang serba ketidakjelasan terlebih ketika kita berbicara masalah kampus dimana seharusnya HMI itu berada. HMI tidak lagi bisa berakar di kampus bahkan lebih ekstrim lagi tidak bisa dimanati oleh sebagian mahasiswa mungkin karena perubahan sangat drastis dan radikal pada wajah kampus yang dihiasi dengan wajah-wajah pragmatis dan hedonis. sistem perkuliahan dan birokrasi kampus sudah tidak ramah lagi dengan aktivitas yang dilakukan juga semakin mengekang organisasi-organisasi yang ada terutama HMI, yang masih belum mempunyai treatment yang jelas untuk dapat merubah bahkan lebih sederhananya menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. kita HMI terkesan kebingungan menempatkan diri dalam realitas kehidupan yang semakin kompleks. kita masih berkutat pada pola-pola lama yang kering akan kreativitas dan inovasi. hal ini kenyataan yang sangat memperhatinkan mengingat sejarah telah berbicara banyak dan telah menulis tinta emas dalam membangun bangsa dan membela agama islam, harus dihancurkan oleh generasi yang tidak bertanggungjawab.
Untuk menjawab semua problem yang ada dalam tubuh HMI sebagaimana yang sudah diuraikan diatas, penulis mempunyai dua solusi yang mungkin solutif dan bisa menjadi bahan pertimbangan. yakni pertama memfungsionalisasikan peran kita mahasiswa sebagai agens of sosial change dan agen sosial control. sebagai kaum yang berada dipertengahan dan menjadi jantungnya bangsa ini, juga memepunyai posisi vital diantara rakyat dan pemerintah aparat negara mahasiswa-mahasiswa harus bisa mengsosialisasikan juga mengontrol segala sesuatu yang ada dan terjadi pada semua ranah terutama masalah yang menyangkut kepentingan bersama. kepekaan mahasiswa dituntut dalam membaca wacana, isue ataupun konflik yang ada dan harus bisa menganalisisnya dengan disiplin ilmu yang ia geluti, memberi control sosial dan mengsosialisasikannya kepada khalayak umum baik masyarakat, para pelajar, ataupun aparatur pemerintah negara. Bahkan kepada seluruh masyarakat dunia kalau bisa. kedua peningkatan kapasitas intelek tual kader HMI yang didukung dengan tradisi RWD (Reading, Writing and Discusion) yang harus dibudidayakan dan diaktualisasikan pada ranah cabang, korkom, dan yang lebih mendasar pada ranah komisariat. jangan sampai tradisi tersebut semakin jauh dari muka HMI yang menyebabkan banyak kader yang kering wacana tidak leading dalam ide, forum-forum diskusi/forum ilmiah jarang dihadiri oleh kader bahkan tulisan-tulisan yang dimuat pada media masapun sangat minim sekali dari kader-kader HMI. kini wajah HMI berganti dengan mereka yang senang berhura-hura, merupakan kesenangan yang sesaat semata. yang lebih penting lagi berkurangnya perhatiaan HMI pada peningkatan kapasitas intelektual disebabkan juga karena para praktisi HMI cendrung politic orientied. kader HMI senang berbicara bagaimana menguasai struktur pemerintahan mahasiswa ketimbang bagaimana berbicara mendobrak kebekuaan sistem perkuliaahan di Kampus. bahkan ada para senior yang asyik mempreasure juniornya untuk merebut kekuasaan diberbagai lini, bukan mendorong para juniornya untuk berkarya dan berprestasi.
Belum ada tanggapan untuk "MEMPERTEGAS PERAN HMI DALAM MENJAWAB PROBLEM KEBANGSAAN"
Posting Komentar