Aku pergi jauh mengembara meninggalkan asa dan kenangan yang terindah pada kota yang kuangap telah mati akan kehidupan. Aku terus berjalan dan berlari tuk menggapi segala asa yang ada, kampung kekampung telah kulewati, kota ke kota telah kulewati pula, begitu juga provinsi ke provinsi bahkan pulau kepulau telah kulewati tuk mencari jati diri akan kehidupan yang penuh misteri ini. Namaku Aji Fauji, aku baru masuk kuliah pada semester pertama ini. Aku tak tau banyak prihal tempat pijakan baruku ini,dibelahan bumi mana kuberpijak disanalah langit dijujung. Orang banyak mengenalnya surga dari tempatnya para seniman di negaraku yang tercipta oleh yang maha indah dan mencintai keindahan, orang banyak bilang kota ini adalah kota artistik terkenal dengan budaya dengan adat istidatnya yang khas, banyak bukti sejarah yang berserakan, tercecer dimana-mana, dan yang lebih penting lagi adalah kota ini menjadi kota pendidikan, tempatnya para pelajar karena banyak pelajar/mahasiswa yang menuntut ilmu dan itu merupakan tujuan utama mengapa aku memilih kota Yogya ini. Aku ingin belajar keras tuk menghadapi kerasnya kehidupan, ingin menjadi makhluk yang paling bermanfaat bagi sesama, Nusa, Bangsa dan yang lebih utama lagi bagi kelurgaku yang tercinta tempat yang menjadi surge dan pelabuhan terakhirku tuk menatap, menerawang jauhnya perjalanan hidupku seperti gurun pasir yang tak berujung.
Aku masuk dan mendaftarkan diri menjadi mahasiswa pada tahun 2007 di UIN- SUNAN KALIJAGA, mengambil Jurusan Sastra Timur Tengah di Fakultas Adab. Aku juga tidak tau banyak prihal Fakultas ini, sama seperti kotanya hanya bayangan hitam yang kulihat disana dalam relung hatiku. Setelah lulus nanti aku akan jadi payah.., soale ku ni wong deso asalku dari Medan Sumatra Utara, aku disuruh kuliah disini karena dulu aku mondok di Pesantren Modern Amanah yang banyak orang anggap seperti penjara tapi suci katanya. Disana ada Ustadz yang menyuruhku untuk melanjutkan kuliah di sini karena bakat seni dan bahasa arabku katanya mantap tenan, kalau tidak diasah dan dikembangkan sama saja dengan membuang harta karun yang ada pada diri sendiri saut Ustadz Joe nama panggilan akrabnya. tapi pikirku...... bakatku biasa-biasa saja, ia memang orang yang pandai berbicara apalagi kalau mempromosikan, mengajak sesuatu atau mempengaruhi oranglain apakah itu sejatinya kekuatan bahasa. Beliau kuliah di Yogja selama empat tahun delapan bulan dan sekarang menjadi staf pengajar dan pengurus pondokku.
Matahari bersinar menalan cahaya bintang-bintang dan sinar keemas-emasan sang rembulan dimalam hari yang memantul pada sungai, seraya cahayanya menghilang ketika datangnya ia. Aku langsung mengangkat kakiku kencang-kencang bercambukan sang waktu yang terus memukulku, mencambukku dan mengejarku dengan kencang dikejar oleh aturan-aturan SOSPEM (sosialisasi pembelajaran) yang menurutku tak masuk di akal. Kita anak baru disuruh datang pada pukul; 05:30 pagi hari tepat waktu, padahal setelah aku tiba disana tak tampak sebatang hidungpun dari panitia mahasiswa ospek yang ku lihat atau mahasiswa lainnya, yang ada hanya satu atau dua orang klining service yang sedang membersihkan lantai dan teman-teman sospemku sang hitam putih. Seharusnya sebagai panitia mahasiswa harus mencontoh mereka berdua yang tepat waktu datang kerja. Aku jadi malu mau menjadi mahasiswa yang kalah jauh disiplinnya dengan mereka padahal semangatku membara tuk menjadi mahasiswa, katanya kita ini kaum intelektual, agen of change, agen sosial of control tetapi kita kalah telak dengan seorang yang pendidikannya secara struktural dibawah kita tapi bisa jadi mereka melebihi kita dalam aspek tertentu misalnya tepat waktu dalam bekerja atau menempati janji.
Dengan berjalannya putaran jarum jam menjadikan roda kehidupan terus berlanjut. detik demi detik menjadi menit, menit demi menit menjadi satu jam, satu jam demi satu jam menjadi satu hari, hari demi hari maka jadilah seminggu. Tak terasa seminggu telah kulalui dalam dunia kampus dan aku merasa senang sekali akhirnya aku jadi mahasiswa, gumamku dalam hati setelah selesainya sosialisasi pembelajaran di kampus. Aku merenung dalam ruangan kamar kosku yang cukup layak huni seperti burung dalam sangkarnya. Banyak pengalaman yang kutimba disana baik itu berupa ilmu, mendapat teman-teman baru, suasana baru yang pasti segalanya baru, dan seterusnya. Ada satu perasaan yang mengganjal dalam hatiku perasaan itu menganjal seperti batu yang susah kuleburkan oleh sesuatu apapun yang ada pada diriku ini, apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama. Kulihat rembulan bersinar dipagi hari indah sekali meskipun matahari bersinar terang tetapi rembulan itu mempunyai kharisma malam yang akan menenggelamkan sang surya. Aku tak tau siapa dia, apakah dia bidadari yang diturunkan tuhan tuk menguji imanku?... , ataukah ia tercipta untukku, dan ia jodoh karena bertemu denganku?.., apalagi dalam satu ruang dan waktu yang sama, aku tak tau persis namanya….Itulah perasaan yang menganjal dan terkadang membuatku resah, gelisah dan semuanya ingin kuaadukan kepada sang malam maka aku bersenandung tuk bersyair pada malam.
وليل كموج البحر أرخى سدوله # علي بأنوع الهموم ليبتلى
فقلت له لما تمطى بصلبه # واردف اعجازا وناء بكلكل
اﻻايهاالليل الطويل اﻻ انجلى# بصبح وما اﻻء صباح منك بأمثل
فيا لك من ليل كان نجومه # بكل مغار الفتل شدت بيذ بل
“Dikala gulita Malam bagaikan gelombang samudra menyelimutkan tirainya padaku, dengan kesedihan yang membencanaiku, aku berkata padanya kala ia menggeliat merentang tulang punggungnya dan siap melompat menerkam mangsanya, wahai malam yang panjang kenapa engkau tidak segera beranjak pergi dan digantikan pagi yang tiada pagi seindah kamu, Oh… malam yang penuh dengan gemintangnya, bagaikan hati ini terjerat ikatan yang kuat”. ( Dikutip dari Syair Umrul Qais dalam Syahrul Muallaqad halaman 28-30).
Malam yang gelap di ganti dengan sinar mentari bersamaan dengan datangnya burung-burung berterbangan dari sangkarnya. bernyanyilah mereka dengan kicauan yang membahagiakan terasa hatiku ikut terlalut dengan nyanyiannya itu. Pukul menujunjukan jam 0700 WIB, ini hari pertama aku masuk kuliah. Berjalanlah aku menuju kampus setibanya disana, Jiiiiiiiiiiiiii Ajiiiiii kudengar suara lantang dari kejauhan ternyata Noku teman sospemku yang paling narsis.
“Noku: Jiii kita masuk Bahasa Arab satu kan?” Tanya Noku.
“Aji: Benar sautku sekarangkan semester satu jadi sistemnya masih paket pihak fakultas yang nentukan.”
“Weyy pie kabare ?” Suryana menyapa.
“Kami baik baik saja,” jawab kami berdua.
Kami berbincang bincang mengenai Sospem masalah wanita main dll sambil menunggu dosen masuk karena masih cukup lama sekitar 20 menitan kalau tidak salah. Dan teman-teman kami semua berdatangan bersama dimualinya kegiatan belajar mengajar. Prikitiwwwwwwww saut Noku ternyata …… sang rembulan itu datang dan hampir semua mahasiswa yang ada terpana akan kecantikannya apalagi orang seperti Noku yang kurasa dia tidak ada malunya, kepedeaan tingkat tinggi dia langsung menyapa, dan berbicang sedikit dengan sang rembuan bersama teman-temannya. Dosen datang… teriak salah satu temanku yang kulupa namanya, akhirnya semua mahasiswa masuk kedalam kelas apa yang banyak dibicarakan oleh dosen hanya bernostalgia pada sospem dan perkenalan sambil diabsen satu persatu semua mahasiswa di absen ditanya asal sekolah, tempat tinggal/lahir dan yang lainnya, dalam kehampaanku akhirnya kuterperanjat dalam realitas yang menjadi mimpi Oooooooooh ternyata namanya Jamilah memang sang rembulan itu indah sesuai dengan namanya lama kelamaan kami semua mulai terbawa oleh suasana dunia kampus walau acapkali sikap kita semasa SMA/MAN masih terbawa. Kita menjalani pembelajaran di kampus pada semester pertama ini seperti air yang mengalir di sungai yang tak berujung mencari jalan menuju lautan samudra yang luas.
Tak terasa semester pertama hampir selesai dengan berjalannya sang waktu memutari bumi ini. UTS telah selesai sebulan yang lalu, sebentar lagi UAS dan banyak tugas kelompok yang mesti kita kerjakan. Alangkah senangnya hati ini seperti mendapat durian runtuh ketika mata kuliah filsafat umum aku sekelompok dengan Jamilah. Saat berdiskusi ia tak banyak aktif, tapi malang nian nasibku kenapa aku harus sekelompok dengan Noku yang bicaranya seperti binatang jangkrik yang baru saja makan cabai, tetapi ia bisa cukup diandalkan dalam minghidupkan suasana diskusi ini sampai selesai. Mungkin begitulah cara belajar mahasiswa kita diturut mandiri untuk belajar dan berdiskusi tuk mengukuhkan ilmu kita yang didapat.
Lama kelamaan Harimau akan ketauan belangnya walaupun ia bersemunyi seperti Udang dalam batu, akhirnya perasaanku ini ketahuan oleh Roma teman dekatnya Noku dan berasal dari daerah yang sama yakni Bandung. Lebih parahnya lagi ia menceritakannya kepada Noku. Aku tahu ini dari tingkah Noku saat dikampus yang selalu mengemboriku saat aku berpapasan, ngobrol ataupun berbicara tentangnya ohhh betapa malunya aku terkadang ku dibuaat salah tingkah oleh ocehan nyelenehnya Noku. Itu membuat seperti ada tirai diantara aku dan Jamilah, perasaan selama sebelum UTS perasaanku biasa-biasa aja keaadaan hubungan kami baik, walau sebatas teman biasa di kampus. keadaannya lumayan parah berubah total walau tidak 100 persen tapi itu mengganggu apalagi ada sebagian teman-temanku yang terhasut oleh gosif Noku tersebut. Diantara teman-temanku yang terhasut seperti Sarah, Fitri, Yudian dan Luthfi termasuk Roma. Dalam suatu perbincangaan setelah diskusi, ada celenehan dari teman-teman diskusi kelompok belajaku ini semuaya bermuara pada gosip dari Noku tersebut.
“Sarah: eeehhhhhh Ji kamu beneran suka sama Jamilah?”
“Sambung Fitri betul ga itu Ji!”
“Betul itu hahhaha, Yudian dan luthfi hanya bisa ketawa dan mengejekku dengan celenehan yang membuatku malu dihadapan Sarah dan Fitri.”
“Aku jawab itu gossip belaka kalian seperti tak tau aja si Noku itu, dia yang menyebarkan gosip yang tak bermutu itu kepada teman-teman termasuk kalian adalah imbas dari gossip itu.”
“Fitri: jangan-jangan gossip itu benar dan jadi nyata melihat bukannya kamu dulu itu senang sekali kalau diajak berbicara soal Jamilah, apalagi ketika Noku mengkomporin kamu, kamu jadi salah tingkah karenanya benarkannnnnn?”
“Hahahahha betul itu Fit saut Yudiaan analisamu itu benar adanya dan teman-teman yang lain hampir semuanya tau. sambung Sarah kalau suka ngomong saja sama kita. Bener ga teman-teman?..” timbal luthfi kalau perlu aku bersedia atar jemput dan motorku tersedia untukmu hahahhaha asal buat apel lohhhhhh.
“Ahhhhhhhh kalian ini ada-ada saja cinta itu tak perlu dicari ia akan datang sendiri seperti angin yang berhembus kemanapun ia berhembus ia selalu membawa aroma dan perasaan yang akan menjadi kharismanya yang khas menyebarkannya tanpa pamrih.”
“Fitri: Ciehhh yang lagi jatuh cinta .......”
“Luthfi: pasti sama Jamilah.”
Hahahahhahahahahah semua teman temanku tertawa dan memejokanku. Aku malu muka merah padam menjadi saksi bisu bahwa aku memag memendam hasrat yang cukup dalam kepada wanita yang tak tahu, tak tahu menau, acuh tak acuh, tidak peduli tentang rasa yang ada dan bersemayam dalam hati ini.
Bersambung, silahkan ikuti pada edisi selanjutnya!
2 Tanggapan untuk "THE LETTER'S LOVE"
hahahahahahahaha........
cuma itu ekpresi ane dikala baca karya ente,,keren ko kata-katanya mudah dicerna dan bahasa sastra yang tertuang ga sulit dimengerti..
maaf loh bukannya mengkritisi tapi itu murni tanggapan dari ane..
selamat ya fur ane tunggu sambungan ceritanya.
behhhhhhhhhhhh mantap juga calon politikus kita ini. km punya minat sastra juga yah, tp kl ente ketawa ku ikut juga ah hihihihihihiihi kapan km nyalon jadi walikota jiiii hahahahahhaaha politikus B'doesh kita
Posting Komentar