-
1. Pengkajian
Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah
adalah mengajukan masalah. Suatu hal yang harus disadari bahwa pada
hakekatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi
dari faktor – faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang
merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Apakah itu
latar belakang, ekonomis, sosial, politik, kebudayaan atau
faktor-faktor lainnya. Secara operasional suatu gejala baru dapat
disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi
tertentu. Misalkan sebuah mobil yang di parkir di sebuah garasi
mungkin tidak merupakan masalah, tetapi sekiranya kita melihat mobil
tersebut mogok di tengah jalan protokol yang macet dan mengganggu
lalu lintas, maka jelas hal ini merupakan masalah.
Dalam konstelasi yang bersifat situasional
inilah maka kita dapat mengidentifikasikan obyek yang menjadi
masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari
penguasaam masalah dimana suatu obyek. Seperti dalam suatu obyek
dalam suatu jalinan situasi tertentu maka sebuah mobil yang mogok di
tengah jalan dapat menimbulkan kemacetan lalu linta dengan cepat
dapat kita kenali sebagai masalah.
Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada
kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam kegiatan ilmu
berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawabannya yang menentukan
mutu keilmuan suatu penelitian melainkan kualitas jawabannya. Lebih
baik sebuah penelitian yang menghasilkan 2/3 hipotesis yang teruji
dan terandalkan dari pada sejumlah penemuan yang kurang dapat di
pertanyakan. Untuk itu maka permasalah harus dibatasi ruang
lingkupnya. Pembatasan masalah yang merupakan upaya untuk menetapkan
batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam lingkup
permasalahan dan faktor mana yang tidak. Sekiranya kita ingin
mengadakan studi perbandingan antara pendat formul dan pendapat non
formal umpamanya, maka ruang lingkup permasalahan itu harus dibatasi
dengan pengemukakan serangkaian pertanyaan, seperti dari segi maka
studi perbandingan itu akan didekati, apakah dari segi efisiensi,
efektifitas, ekonomi, sosiologi, kultural atau proses belajar
mengajar ?
Dengan pembatasan ini maka fokus masih menjadi
bertambah jelas yang memungkinkan kita untuk merumuskan masalah
dengan baik. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan
secara tersurat pertanyaan – pertanyaan apa saja yang ingin kita
carikan jawabannya. Perumusan masalah di jabarkan dari identifikasi
dan pembatasan masalah, atau dengan kata lain perumusan masalah
perupakan pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan
pembatasan masalah.
Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti
sudah setengah di jawab. Perumusan masalah yang baik bukan saja
membantu merumuskan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga cara
berfikir kita. Umpamanya studi perbandingan antara pendidikan formal
dengan pendidikan non formal. Setelah dibatasi masalahnya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Dalam
mata pelajaran IPA di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non
formal
Dalam
mata pelajaran IPS di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non
formal
Dalam
mata pelajaran Matematika di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non
formal.
Setelah masalah di rumuskan dengan baik baik
maka seorang peneliti menyatakan tujuan penelitiannya. Tujuan
penelitian ini adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan
yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah di rumuskan.
Setelah itu maka di bahas kemungkinan kegunaan peneltiian yang
merupakan manfaat yang dapat di petik dari pemecahan masalah yang
didapat dari penelitian.
Maka dapat disimpulkan langkah – langkah
dalam pengajuan masalah sebagai berikut :
Pengajuan masalah
Latar
belakang
Identifikasi
masalah
Pembatasan
masalah
Perumusan
masalah
Tujuan
penelitian
Kegunaan
penelitian
2. Pengajuaan Kerangka Teoritis
Setelah masalah berhasil di rumuskan dengan
baik maka langkah ke 2 dalam metode ilmiah adalah mengajukan
hipotesis. Hipotesis merupaman dugaan / jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan seperti diketahui dalam memecahkan
berbagai persoalan terdapat bermacam cara tersebut dapat
dikategorikan kepada cara ilmiah dan cara non ilmiah. Tentu saja
dalam kegiatan penelitian ilmiah maka cara yang harus di pakan dalam
memecahkan masalah adalah cara ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan
persoalan pada hakekatnya adalah memeprgunakan pengetahuan ilmiah
sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita
mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa
dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan
teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan
pemecahan.
Upaya yang kita lakukan adalah mencoba mengkaji
berdasarkan pengetahuan ilmiah mengenai karakteristik dari pendidikan
formal dan non formal seperti : apakah yang disebut pendidikan formal
dan non formal itu ? bagaimana cara pendidikan di lakukan? Apakah
prasarana dan sarana yang dipergunakan ? Bagaimanakah caranya
mengembangkan kurikulum ? Bagaimana caranya melakukan bimbingan ?
Tenik evaluasi apa yang dipergunakan ?
Upaya yang ke 2 disebabkan studi kita adalah
membandingkan pendidikan formal dan non formal adalah mencoba mencari
perbedaan karakteristik yang terdapat dalam kedua pendidikan
tersebut, umpamanya saja apakah perbedaan yang bersifat karakteristik
dalam proses belajar mengajar ? Adakah perbedaan dalam pemberian
bimbingan ? Adakah perbedaan dalam peranan guru ? Berbedakah
aktifitas murid dalam kedua proses belajar tersebut? Dimanakah letak
perbedaan dalam pelaksanaan penilaian ?
Kesimpulan tersebut diatas disebut hipotesis
yang secara susah payah kita turunkan dari pengetahuan ilmiah yang
ada. Jadi tidak benar kalau ada orang yang menganggap bahwa seorang
peneliti ilmiah boleh mengajukan hipotesis secara asal-asalan.
Seperti diketahui pada hakikatnya metode lmiah dapat disimpulkan ke
dalam 2 langkah utama yakni pertama, pengajuan hipotesis yang
merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif di jalin dari
pengetahuan yang dapat diandalkan dan kedua, pengumpulan data secara
empiris untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung /
menolak hipotesis tersebut. Semboyan ilmiah pada hakekatnya adalah
sebuah kalimat yang berbunyi “ Yakinkan secara logis dengan
kerangka teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan
pengumpulan fakta yang relevan.
Jadi pada hakekatnya seorang ilmuan boleh tidak
menerima hasil penelitian seseorang, apa pun juga hasilnya sekiranya
kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesis baginya tidak meyakinkan.
Agar sebuah kerangka teoritis dapat disebut
meyakinkan maka argumentasi yang disusun tersebut harus dapat
memenuhi beberapa syarat.
Pertama ,
teori – teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berfikir
harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara
lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Kedua,
analisis filsafati dari teori – teori keilmuan yang di fokuskan
kepada cara berfikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut
dengan pembahasan secara eksplisit.
Ketiga,
mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin
keilmuan tersebut.
3. Metodologi Penelitiaan
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang
diturunkan secara dedukatif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka
langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empris,
artinya kita melakukan verifikasi apakan pernyataan yang dikandung
oleh hipotesis yang diakukan tersebut didukung / tidak oleh kenyataan
yang bersifat faktual.
Kalau dalam proses pengajuan hipotesis kita
dituntut untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif maka
dalam proses verifikasi kita dituntut untuk melakukan penarikan
kesimpulan yang bersifat umum dari fakta yang bersifat individual.
masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana
prosedur dan cara dalam pengumpulan analisis data agar kesimpulan
yang ditarik memenuhi persyaratan berfikir induktif. Penetapan
prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian yang pada
hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.
4. Hasil Penelitian
Setelah perumusan masalah, pengajuan hipotesis
dan penetapan metodologi penelitian maka sampailah kita kepada
langkah berikutnya yakni melaporkan apa yang kita temukan berdasarkan
hasil penelitian. Sebaiknya bagian ini betul-betul dipergunakan untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk
menarik kesimpulan penelitian. Deskripsi tentang langkah dan cara
pengolahan data sebaiknya sudah dinyatakan dalam metodologi
penelitian. Sering kita melihat bahwa bagian ini dipenuhi dengan
pernyataan yang kurang relevan dan pembahasan.
Pembuktian disini berarti mengajukan bukti yang
berupa pengajuan bukti yang berupa pengajuan secara empiris hasil
penelitian yang menyebabkan menjadi kurang tajamnya fokus analisis
dalam pengkajian. Dalam membuat hasil penelitian makalah harus selalu
di ingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang
ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang
diajukan.
Sumber Pustaka
Suriasumantri Jujun S. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan : 2005
1 Tanggapan untuk "STRUKTUR PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH"
Nice
Posting Komentar