Indonesia secara konstitusi telah merdeka pada 17 agustus 1945, bebas dari kolonialisme penjajahan eropa kurang lebih 3,5 abad. Spesikasinya Kurang lebih 2,5 abad lamanya indonesia dijajah oleh bangsa Hindia Belanda, sisanya oleh Inggris, Portugis, Jepang dan lainnya. Sejarah telah mencatat kehebatan para pahlawan kita dalam membela negara ini dan memeperjuangkannya untuk menjadi negara merdeka secara hakiki. Sebagai pertimbangan, kita bisa melihat perjuangan para pahlawan yang namanya abadi, seperti sultan Hasanudin pahlawan revosioner dari Makasar, pangeran dipenogoro dengan perang padrinya selama tujuh tahun ia berperang melawan Hindia Belanda, Jendral Sudirman sebagai Jendral yang dihormati dan disegani oleh kawan maupun lawan. semuanya berjuang dengan segala kemampuan yang mereka miliki, mereka para pahlawan berjuang dengan senjata, berperang dengan tumpah darah penghabisan, karena saat itu menurut hemat penulis mungkin tidak ada cara lain yang bisa merefleksikanya untuk melawan mereka para penjajah, kendati hanya bersenjatakan bambu runcing melawan senapan dan meriam, tapi indonesia tetap merdeka dengan semangat patriotisme dan nasionalismenya yang tinggi juga sikap istiqomah mereka dalam mengobarkan kalimah allahuakbar indonesia bisa merdeka karena didorong tuntutan agama untuk berjihad dan semangat patriotisme juga nasionalisme yang tinggi karena dijajah oleh para kolonial selama hampir 3,5 abad, itu sangat menyakitkan.
Melihat relitas sejarah yang menjadi cerminan kehidupan kita dari masa lalu untuk masa datang, Indonesia telah merdeka hanya sebatas kata tidak seperti realita yang ada. kendati indonesia telah merdeka dan diroklamasikan oleh bung Karno dan bung Hatta akan tetapi itu semua adalah sebuah awal bagi kita rakyat indonesia untuk memulia membangun negara yang tercinta ini. Wakil Presiden pertama indonesia Bung Hatta berkata “Proklamasi bukan akhir dari perjuangan rakyat Indonesia. Kelak, penjajah dalam wujud yang lebih rumit akan dihadapi negeri ini.” Dari apa yang disampaikan oleh bapak negara kita Seakan menemukan titik sinar pencerahan dalam merealisasikan dan membangun Negara ini, ucapan Bung Hatta saat itu dapat dirasakan dan terealisasikan oleh masyarakat Indonesia di masa reformasi bahkan pada masa orde lama dan orde baru yang di tutup-tutupi. Kita seharusnya bisa merefleksikan bangsa ini sebagai bangsa yang bermartabat, berdaulat dan mempunyai tekad yang kuat yang merupakan warisan dari para pahlawan bangsa ini. Indonesia sudah kehilangan semangat juang itu semua dan kehilangan jati dirinya sebagai boneka kapitalisme dan neo liberalisme. realita dan faktanya kita ini Negara kaya raya akan sumber daya alam dari sabang sampai merauke, hutan-hutan, gunung-gunung, lautan, hasil pertambangan, perminyakan, pertaniaan dan sebagainya ada dinegara ini. apa yang tidak ada di Indonesia? Sehingga kita menjadi budak dan buruh dinegara sendiri. Sebagai renungan fabric Free Fort yang ada di Papua (irian jaya) yang dikelola amerika, kita hanya dijdikan buruh, budak, dengan aturan yang takjelas berapa keuntungan untuk negara dan kesejahtraan bagi masyarakat disana. Kita di beri hasil tembaga sekian persen dan pajak bagi Negara yang tidak seberapa di banding dengan penghasilan dan keuntungan mereka keruk. Perlu dicatat bahwa free fort adalah pabrik tembaga ketiga terbesar di dunia itu hak milik paten Amerika. Amerika dengan seenaknya bisa mengeruk kekayaan sumber daya alam yang ada disana, Mungkin masih terlintas dalam ingatan kita tentang tragedy yang melanda masyarakat, buruh yang ditembak mati disana gara-gara masalah yang sepele. Singkatnya Berdirinya Negara free fort merupakan bentuk neo kolonialisme yang dilakukan bangsa eropa dalam hal ini amerika sebagai penjajah dan Negara kita Indonesia yang terjajah. Yang tampak dengan jelas kita Indonesia telah dipengaruhi dan di ubrak abrik oleh neoliberalisme bagaikan boneka mainannya, sebagai budak ditanah airnya sendiri dan termarjinalisasikan secara totalitas terutama didalam sektor ekonomi, idologi pemerintahan, kultural dan politik.
Tidak hanya itu penjajahan yang dilakukan kapitalisme merasuk dalam sendi-sendi kehidupan yang sangat mendasar dan kita tidak merasakannya bahwa kita telah dijajah oleh ideology kapitalisme dan noe liberalisme. Penjajahan yang mereka lakukan sangat sistematis dan terorganisir, rapi metodenya dan sangat manis pendekatannya tapi penuh dengan tipu muslihat, ada banyak aspek kepantingan disana yang berujung pada kehilangannya jati diri bangsa ini, lupa akan kebudayaannya yang luhur, sikap keramahtamahan masyarakatnya akan memudar dan hilang jati dirinya secara hakiki dipangkas habis hingga menjadi Negara budak dan boneka di mainkan sesuka hati oleh sang pemilknya yakni neoliberalisme. Salah satu metode penjajahan yang dilakukannya dengan kasat mata penulis sebut dengan istilah 3F yakni Food, Fashion dan Film. Untuk tahapan dan penjelasannya akan disampaikan sebagai berikut:
Pertama penjajahan melalui food (makanan); budaya westernisasi sudah menyebar kesuluruh bidang kehidupan kita, dari metode bentuk penjajahan kaum kapitalis yakni 3F (food, fashion dan film) yang penulis tuturkan diatas. Makanan dan minuman adalah kebutuhan kita manusia yang paling urgen dan krusial. Makanan kalau dianalogikan terhadap kendaraan bermotor sebagai bensinnya, motor itu tidak bisa berjalan kalau bensinnya habis. begitu juga manusia denagan makanan dan minuman adalah segagai bensinnya bagi kendaraan bermotor, manusia tidak akan bisa hidup kalau ia berhenti makan dan minum. Sejarah telah berkisah banyak konflik didunia ini yang membuat manusia dengan manusia lain saling membunuh karena masalah perut. Masalah perut merupakan masalah yang tak bisa ditolerir, dapat memicu kegiatan criminal, kejahatan dan membuat seseorang berbuat nekad dan apa saja. tiada obat yang paling relevan kecuali makanan (food) itu sendiri yang merupakan manifesto kehidupan manusia secara mendasar. Inilah strategi kaum kapitalis dalam melakukan penjajahan yang kasat mata tadi. hampir semua produk makanan dan minuman yang laku, laris manis di Indonesia adalah jenis dan produk kapitalis seperti KFC, burger, donat, pepsi kokakola, sprit, aqua dsb. Banyak dari masyarakat kita makan dan minum produk mereka, dan yang anehnya lagi mereka tidak sadar bahkan malah bangga dengan mengkosumsi makanan dan minuman tersebut karena realitasnya kita tidak sadar bahwa mereka kaum kapitalisme telah menjajah bangsa ini. Kapitalisme dan neoliberalisme seperti dua kon mata uang yang tak terpisahkan, dengan idologi westerenisasinya bagai hantu yang tak terlihat telah merasuk kedalam sendi-sendi sanubari kita, kita jadi lupa segalanya, dan terninak bobokan dalam tidur panjang menyebabkan kita taqlid buta pada mereka. Bukan hanya itu saja dampak yang paling besar dari makanan dan minuman yang di produksi oleh kaum kapitalis kebanyakan miskin gizi dan efeknya akan menimbulkan penyakit kronis seperti jantung, struk, gangguan ginjal, gula, dll itu karena makanan mereka disamping miskin gizi, mereka memakai bahan pengawet supaya makan mereka tahan lama dan laku dijual (materialistis) yang secara medis dampak besarnya akan dirasakan pada kita semua ketika masa tua nanti.
Kedua Tradisi berpakaian/berbusana (fashion) sudah tidak dipungkiri lagi telah menjadi suatu kebutuhan primer dalam kehidupan kita. Busana yang akhir-akhir ini di kendalikan oleh negara eropa yakni Francis sebagai kiblat dan surganya telah memberikan pengaruh besar terhadap pakaian/busana yang dipakai dan dikonsumsi masyarakat dunia terutama indonesia. tidak sedikit orang–orang mengikutinya padahal itu bukan dari kebudayaan kita, bukan dari kebiasaan adat istidat kita tetapi karena itu adalah sebuah trend dan manifestasi kehidupan busana yang menjadi acuaan dunia mau tidak mau para desainer melihat dan belajar busana disana dengan konsi kuensi logis mau tidak mau kita sebagai konsumen harus memakainya. Dengan dalih mengakulturasikan fashion/kebudayaan kita dengan negara yang menjadi kiblat fashion tersebut supaya kelihatan artraktif, estetik, glamor dan sebagainya. itu merupakan suatu keniscayaan yang berlebihaan dan dibuat-buat. Sebagai misalnya perpaduqan busana muslim dengan busana eropa maka akan terjadi perubahan yang drastic, lebih mengerucut lagi tentang pemakaian kerudung misalnya banyak sekali kerudung yang harusnya menutupi aurat perempuaan sampai dada bahkan ada sampai perut itu terpaksa dirombak cukup sampai leher saja dan mereka kaum perempuaan tidak sadar atau mengerti bahwa telah mempertontonkann auratnya kepada kaum adam dan itu merupakan sebagian kecil dari masalah fashion.
Ketiga Tradisi yang menjadi metode penyerangan mereka adalah film. Sebagai sarana hiburan yang paling banyak di gandrungi baik dari orang-orang yang masih usia dini, remaja, pemuda bahkan ada sampai usia lanjut menyukai film. Film merupakan sarana hiburan yang tepat dan banyak di gandrungi setiap kalangan terutama bagi keluarga. Misonaris kaum kapitalis dalam perfilman terlihat jelas, banyak sekali ragam film yang disebarluaskan untuk menopang kepentingan mereka dan mempertontotan kebudayaan barat yang kasar, keras dan sangat kontras sekali dengan kebudayaan timur. Banyak film-film asusila mereka sebar luaskan kepada kita orang timur yang notabene melarang itu semua. Dengan dalih pertukaran budaya atau study culture mereka bisa masuk begitu saja dengan bebas tanpa ada tindak lanjut dari aparatur Negara kita, mungkin aparatur Negara kita sudah menjadi kroni-kroni dan boneka mereka, jadi semua itu terjadi begitu saja. Mereka kaum kapitalis yang menguasai informasi dunia bahkan hampir dalam segi kehidupan yang ada. Dalam media kita hanya jadi konsumsi saja yang lebih aneh kita dalam mengkonsumsi sesuatu tidak memilah dan memilih terlebih dahulu mana yang baik untuk kita, kita jangan langsung melahap itu semua tanpa ada pertimbangan terlebih dahulu terutama ketika nonton film. Belum lagi film-film yang berabau pelecehan sara/agama seperti film yang baru-baru ini menggemparkan jagad raya ini, yakni film kiamat 2012 pada film itu singkatnya berkisahkan kiamat yang menurut deskripsi kaum kapitais/suku maya yakni kehancuran dunia yang lebih aneh lagi respon masyarakat kita tentang film itu sangat besar sehingga mereka kaum kapitalis tidak perlu mempromosikan film ini.
Dalam dunia mahasiswa (pendidikan) kaum kapitalis dalam hal ini neoliberalisme menjadi momok yang mengasikan kalau dilihat dengan kasat mata. Dimana tradisi hedonisme yang glamor mulai muncul, gedung-gedung sekolah (kampus) sangat mewah dan megah, para aparatur yang bekerja disana enjoy dengan keadaan yang satu sisi membuat mereka nyaman. Namun yang merasakan dampak itu semua adalah mahasiswa yang menuntut ilmu disana, rakyat jelata pada umumnya yang ingin belajar disana. Karena tutun-tutan fasilitas pendidikan pihak kampus seenaknya saja menaikkan DPP (iuran wajib), buku-buku mahal, dan ada-ada saja alasan bagi mereka untuk mendapatkan untung atau mengeruk uang mahasiswa dengan alasan ini itulah yang ujung-ujungnya menyebabkan dunia kampus dan pendidikan ini sebagai lahan bisnis. Dalam konteks kekinian sudah mulai tampak idiologi ini di masukan dalam dunia kampus dan sudah mulai dirasakan. Tidak ada lagi yang namanya kampus putih/kampus rakyat yang ada jadinya sekat pemisah/dikotomi antara si kaya dan simiskin di dunia pendidikan terbukti dengan adanya sekolah internasional yang hanya bisa di enyam oleh murid/mahasiswa yang berduit. Negara memberikan kewenangan penuh kepada pihak kampus untuk mengurus kebijakan kampus seakan mau lepas tanggung jawab, Negara lari begitu saja tanpa adanya penelaran kritis dari mereka bahwa generasi penerus bangsa ini adalah para mahaiswa kaum intelektul, yang harus diberdayakan dan di urus bersama baik oleh Negara, lapisan masyarakat dan kaum akademisi itu sendiri. Sistem neoliberalisme dalam dunia pendidikan sudah jelas si kaya akan Berjaya dan si miskin akan hanya bisa menggit jari tidak bisa mengenyam pendidikan yang sama padahal itu semua adalah hak dari warga Negara dan diatur dalam UUD 45. Nur Kholis Majid pernah berkata sendainya Indonesia tidak dijajah oleh kaum kolonial Eropa/Belanda maka yang ada bukanlah Gedung kampus/mahasiswa. SD,SMP, SMA dll yang ada tirai pemisah antara pendidik dan yang terdidik tetapi yang ada adalah pesantren-pesantren yang merupakam system pendidikan yang oriesinil milik Indonesia tak ada pemisah disana dengan sikaya dan simiskin, pendidik dengan yang terdidik semua mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan menurut hemat beliu sebagai tokoh masyarakat.
Neoliberalisme, kapitalisme, westerenisasi merupakan kedok para kolonial yakni bangsa eropa untuk menjajah bangsa timur dalam berbagai aspek kehidupan dan mengukuhkan penjajahan mereka dengan dominasi barat sebagai pusat dan timur sebagai pinggiran. Mereka menganggap bahwa barat adalah segala-galanya, mereka memiliki segala-galanya. Mereka lebih superior dan timur adalah inferior. Mereka mengangap bangsa timur tak sekedar ladang makan yang kaya yang mereka makan habis untuk di bagi-bagikan kepada Negara barat lain yang menjadi sekutunya. Kita bangsa timur harus segera sadar dan bangkit, kita dulu pernah Berjaya dengan emperium Persia, India, Mongol, China, dan Islam sebagai penakluk-penakluk diabad pertengahan silam. Terutama Negara Indonesia pernah Berjaya dimasa lalu dengan berdirinya kerajaan Majapahit dan Sriwijaya sebagai simbol peradaban kita, Khazanah peradaban Nusantara. Menurut hemat penulis peradaban bukanlah milik timur dan barat tetapi itu semua adalah milik kita bersama, tidak ada yang kuat dan yang lemah, yang besar dan kecil, semata-mata semuanya saling mengisi, membutuhkan dan melengkapi. Barat maju satu sisi mereka melihat dan merefleksikan dari dunia timur dan pada masa pertengahan juga islam Berjaya karena ada jasa dari Yunani. Kita semua saling mengisi, melengkapi tidak ada jurang pemisah antara timur dan barat untuk sama-sama maju, dan menciptakan peradaban yang makmur.
Belum ada tanggapan untuk "Indonesia Dalam Cengkraman Neo Liberalisme"
Posting Komentar