Berpijak pada diskusi internal (forum refleksi setahun kepengurusan HMI Komisariat adab priode 2010-2011) yang di adakan oleh pengurus HMI KOMISARIAT ADAB bersama MPK HMI di secretariat, alhamdulilah arah kebijakan ini bisa tersusun. Ide dan gagasan ini muncul dari berbagai kegelisahan akan permasalahan organisasi tentang situasi dan kondisi di HMI komisariat adab. Problematika pengurus HMI ADAB sangat fleksibel mulai dari masalah akut kejumudan berorganisasi, naik turunya militansi kader, dan minimnya kualitas intelektual kader dalam Ber-HMI dan bidang ke keilmuannya. Perlu adanya formulasi-formulasi yang solutif untuk menghantarkan berbagai permasalahan internal kepengurusan tersebut supaya tidak menular kepada kader-kader lain. Hal ini menjadi pertimbangan MPKHMI Komisariat adab dalam merumuskan arah kenijakan ini, upaya untuk menyegarkan pengkaderan HMI ADAB dalam terciptanya suasana berorganisasi yang masif sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kader untuk berjuang di Himpunan ini. Di samping itu semangat Girah ber HMI kader baru harus di jaga melalui kontrol kepengurusan yang militant, agar terdapat wujud dinamika baru untuk mengaktualisasin potensi dan semangt girah kejuangan kader dalam pengurusan baru.
Sebenarnya
arah kebijakan ini adalah tindak lanjut dari arah kebijakan kepengurusan
kemarin Menumbuhkan Ghirah Ber-HMI;
Upaya Terciptanya Kemandirian Kader. Girah dimaknai sebagai esensi yang
melekat pada watak kader dalam mengaktualisasikan, semangat dan militansi kuat
untuk bergerak dan berjuang di HMI serta menciptakan kesadaran baru. kader
haruslah di berdayakan oleh HMI yang memfungsikan diri sebagai organisasi
kader, maka setiap gerak langkah organisasi harus dilaksanakan dalam rangka
memberdayakan para anggotanya yang secara implisit menjadi bagian yang harus
dikader. Kader HMI haruslah siap dikader, mengkader diri dan mengkader orang
lain. Hal ini mendasari bahwa setiap kader HMI harus merasakan dirinya sebagai
bagian dari kader dan Himpunan itu sendiri. Setiap kader harus menciptakan
kesadaran individu dan kesadaran kolektif seluruh aktivis HMI. Kesadaran inilah
yang dapat membuat nilai plus bagi diri kader HMI. Sebab, HMI bukanlah
organisasi profit yang dapat memberikan jaminan financial, juga tidak pernah
memaksakan anggotanya untuk berproses. Hanya kesadaran dan panggilan
intelektual seorang kader harus berproses dalam menggeluti realitas social
ditengah masyarakat. Dengan demikian, secara fungsional organisasi, orang yang
dipercaya sebagai pengurus dalam kepengurusan komisariat, cabang, sampai PB HMI
(Pengurus Besar) harus dapat memainkan peran ini.
Komisariat sebagai tonggak pengkaderan mempunyai arah kebijakan
yang menjadi turunan dari arah perjuangan HMI Cabang Jogjakarta yakni Re-Objektifikasi
Nilai Kekaderan dan Kejuangan HMI; Ikhtiar Mewujudkan Kader Paripurna.
Nilai kekaderan dan kejuangan Hmi dimaknai sebagai keteguhan iman kita pada
suatu idealism secara konsisten yakni harus memahami dasar perjuangan dan medan
perjuangan HMI. Kader harus mempunyai nalar dan langkah tepat pada medan
perjuangan guna untuk menetapkan langkah-langkah ataupun metode-metode massif
yang harus di tempuh berupa program kerja dan ilmu yang luas. Keteguhan iman
akan menciptakan suatu idiologi untuk membenarkan realitas medan perjuangan
atas kerja nalar dan kerja nyata. Disampi\ng itu keteguhan iman menciptakan
kesadaran individu dan kolektifitas; Menumbuhkan Ghirah Ber-HMI. Ilmu yang
luas diharapkan melahirkan metode konstruktif terhadap realitas, serta dapat
memecahkan permasalah secara solutif yang dihadapi ataupun di temukan pada
kepengurusan. Sedangkan kemandirian kader dimaknai sebagai individu kuat
dan independen, yang
hanif dan berjuang ikhlas lilahitaalla.
1. INTEGRASI ILMU KEADABAN DAN NILAI
KEJUANGAN HMI; AKTUALISASI ILMU KEADABAN DALAM KADERISASI HMI KOMISARIAT
ADAB
Integrasi disini
dimaknai sebagai penyatuan antara ilmu keadaban dengan nilai kejuangan hmi yang
mempunyai orientasi sama dalam memajukan peradaban umat, bangsa dan Negara ini.
Ilmu keadaban sendiri adalah ilmu yang bergerak dinamis dalam menopang
kebudayaan dan peradaban umat.
Ilmu keadaban
sendiri mempunyai banyak klasifikasi ilmu dan tersebar pada derifasi keilmuan
yang menopang pada madaniyah
(civilization), hadlarah (peradaban),
tsaqofah (kebudayaan). Turats (tradisi) dan fikr (pemikiran). Kelima aspek keilmuan
diatas memiliki kajiaan yang saling tumpang tindih tetapi dengan tingkat
spesifikasi dan generalitas yang berbeda. Madaniyah
adalah ruang keilmuan yang general mencakup hadlarah
(peradaban), tsaqofah (kebudayaan). Turats (tradisi) kesenian, kesusastraan,
ilmu pengetahuaan gaya hidup personal dan komunal. Sedangkan hadlarah mempunyai tingkat generalitas
dibawah madaniyah, sebab ia hanya
mencakup aktivitas akal budi pekerti atau pemikiran-pemikaran yang menjadi
basis produk material. Sedangkan tsaqofah
lebih spesifik karena hanya terpokus pada sisi pemikiran dalam hadlarah baik
pada tatanan teoritis maupun praktis,. Adapun turats menunjukan pada produk hadlarah
(peradaban) dibidang pemikiran, kesusastraan kesenian termasuk diantaranya
adalah tradisi rakyat. Dan fikr
merujuk pada dimensi teoritis pemikiran dalam tsaqofah (kebudayaan). Melihat presfektif ilmu keadadaban ini
tergolog dalam ilmu humaniora sperti ilmu bahasa, sejarah, kebudayaan,
keasripan, perpustakaan. Maka tidak sedikit Perguruan tinggi/UIN/IAIN yang ada
di Indonesia menamakan fakultas Adab di tambah dengan ilmu humanira ataupun
ilmu budaya menjadi Fakultas Adab dan Humanora ataupun Fakultas adab dan ilmu
Budaya.
Ilmu keadaban
haruslah menjadi pencerahan terhadap ilmu lain yang sudah terskulerasikan
dengan ilmu-ilmu barat. Dalam hal ini ilmu keadaban dapat mereflesikan nilai kesejaran dan peradaban islam yang maju
pada fase abad pertengahan terhadap realitas empiric. Disamping itu ilmu
keadaban dapat melestarikan nilai-nilai budaya local sehingga kader HMI
Komisariat adab dapat menjadi insane yang cinta akan ilmu, menjadi intelektual
besar, pemikir-pemikir handal dalam merespon tantangan global. Disamping itu
kader yang cinta akan ilmu keadaban ini diharapkan mempunyai canter Hegemoni
terhadap ilmu dan budaya asing (sekulerime dan westernisme global) sebagai
ikhtiar mewujudkan masyarakat madani.
Kader HMI
komisariat adab harus dapat meng internalisalidan dan mengaktualisasikan apa
yang menjadi bacis need dan basic interest? Keilmuan kader itu sendiri. Secara
individu kader harus terampil atau ahli dalam bidang keimuannya. Dan sebagai
kolektivitas dal berorganisasi di Himpunan ini kader harus menegmbangkan
potensi pribadinya dan kesadaran girah
ber-HMI upaya untuk merealisasikan indiviuyang pakar dalam keilmuan dan siap
berkorban dengan ikhlas untuk berjuang dalam mencapai
tujuan HMI “ terciptanya insane akademis
pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT” pasal 5
Anggaran Dasar HMI. Untuj itu semua diperlukan formula- formula yang luar
biasa, formula luar biasa inilah yang nantinya meletakkan HMI pada porsinya,
dimana HMI dapat diterima semua kalangan dan bermanfaat untuk ummat.
Agar
mencapai target yang optimal dalam menjalankan organisasi HMI di komisariat
Adab, pertama kader harus mampu memahami tujuan, nilai- nilai dasar perjuangan dan
medan perjuangan HMI serta ilmu yang luas, kemudian diaktualisasikan dalam
wadah organisasi. Kedua memasifkan komunikasi antar pengurus maupun anggota
agar terciptanya keharmonisan dan kesolidan kepengurusan yang masif.
HMI Komisariat
Adab harus berangkat lebih jauh ketika kesadarn girah ber-HMI tumbuh akan
melahirkan militansi yang kuat. Semua itu harus ditopang dengan landasan
keimanan sebagi basis ideology dan ilmu keadaban sebagai paradigma yang
dibangun terhadap aktualisasi kejuangan dan kekaderan HMI itu sendiri.
Diharapkan dengan terciptanya integrasi ilmu keadaban dan nilai kejuangan HMI,
kader-kader HMI Komisariat Adab dapat dapat mengaktualisasikan diri untuk
mengisi lokus-lokus kosong keilmuan. baik itu dalam tubuh pengkaderan HMI itu
sendiri, maupun terhadah keilmuan-keilmuan yang menopang peradaban. Maka dari
itu akan muncul ilmuwan ataupun intelektual baru yang tercerahkan oleh
kesadaran untuk berjuang bagi agama, bangsa dan negaranya. Sosok kader
paripurna inilah yang akan bergerak sistematis, terorganisir, secara istiqomah
dengan kokohnya benteng keimanan lalu ditopang oleh dasar idiologi
perjuangannya dan ilmu yang luas akan menjadi tulangpunggung bagi kelompok yang
lebih besar.
Kader HMI
Komisariat adab haruslah mereka berkualitas dan mempunyai nilai lebih dari
mahasiswa lainnya. sebagai mahasiswa
mereka terampil atau ahli dalam bidang keimuannya. Sebagai kader mereka memiliki kesadaran untuk berlatih dan mengembangkan
potensi pribadinya guna menyongsong masa depan umat, peradaban, Negara, bangsa Indonesia. Sebagai pejuang mereka ikhlas, bersedia berbuat
dan berkorban guna mencapai cita-cita umat islam dalam menopang peradaban dan
kemajuan bangsa Indonesia kini dan mendatang. Inilah yang menjadi landasan kaderisasi
pendidikan di lingkungan HMI. Komisariat adab haruslah membina kader dengan
wawasan keilmuan keadaban dan wawasan kepemimpinan sesuai fungsi dan perannya
Berarti kegiatan
HMI komisariat adab merupakan pendidikan kader (kaderisasi) dengan sasaran
anggita-anggota HMI dalam hal: (A) watak dan kepribadiaannya yaitu
dengan memberikan kesadaran agama, akhlak dan watak yang menjelma menjadi
individu yang beriman, berakhlak luhur,memiliki watak ontektik serta memiliki
pengabdiaan dalam arti hakiki. (B) kemamapuan keilmuanyang luas, terutama
ilmu keadaban. Yaitu dengan membina anggota sehingga memiliki keilmuaan dan
pengetahuan serta kecerdasan dan kebijaksanaan. Seorng kader hmi komisariat
adab dituntut sebagai intelektual yang paripurna yang tidak hanya pakar pada
bidang keilmuannya akan tetapi ia akan memperluas cakrawala keilmuannya
ditambah dengan kecerdasan dan kebijaksanan karena is sadar seebagai hamba
allah yang mempunyai tanggung jawab social. (C) keterampilannya. Pandai
dan cerdas menerjemahkan ide juga pikiran dalam praktik. Dengan terbinanya 3
sasaran tersebut maka terbinalah 5 insan cita HMI yang beriman berilmu dan
beramal.
Kaderisasi
ataupun pendidikan di komisariat harus dioptimalisasikan oleh kepengurusan yang
menciptakan suasana nyaman dalam berorganisasi. Ketika system kaderisasi itu
sudah berjalan konsekuensinya secretariat menjadi tempat dan pusat keilmuaan
dan keadaban. Sekretariat menjadi kampus kedua bagi kader untuk ber ikhtiar dan
berjuang dalam himpunan ini. Fungsi dan peran secretariat harus di masifkan.
2. DARI KADER MILITAN HMI ADAB MENUJU
KADER PARIPURNA
Girah dan semangat ber Hmi akan menciptakan
kemandirian kader secara individu. Sedangkan cecara kolektifitas organisasi
kemandirian kader ini haruss dinaungi dalam wadah organisasi dan sistem
pengkaderan HMI Komisariat adab. Semangat Ghirah Ber-HMI; Upaya Terciptanya
Kemandirian Kader harus dimaknai secara kolektivitas dan menumbuhkan
militansi kader (kader militan). Kader militan adalah kader Independen, yang bersedia berproses mengembangkan potensi dan
berjuang dengan ikhlas. Disamping itu kader yang miltan harus bias memahami azas,
tujuan, idiologi dasar perjuangan dan medan perjuangan yang ada di Himpunan
ini. Kader militant ini nantinya akan bermetamorfosis menjadi kader paripurna.
Kader miltan idealnya mengetahui indefedensi etis
HMI yang merupakan karakter dan
kepribadian kader. Watak independen HMI terwujudkan
secara etis dalam bentuk pola
pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI. Juga teraktualisasi secara
organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk "Independensi
organisatoris HMI".Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara
keseluruhan merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui,
watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang : Cenderung kepada kebenaran
(hanief); Bebas terbuka dan merdeka, Obyektif rasional dan kritis, Progresif dan dinamis dan Demokratis, jujur dan adilIndependensi organisatoris
adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam
kiprah dinamika HMI.Ini diartikan bahwa dalam
keutuhan roda kepengurusan HMI Adab secara massif senantiasa
melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional agar
perjuangan komisariat dan
segala usaha program kerja dapat terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif,
kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI
Komisariat Adab hanya tunduk serta komit pada
prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifitas.
Kader militant adalah proses
menjadi insane
pelopor yang berfikiran luas dan
berpandangan jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya,
dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu `perjuangan
untuk secara kooperatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan man
of future”. Tipe ideal dari hasil perkaderan HMI adalah “man
of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara “idea of progress”
insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur
tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia yang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal sebagai
kader Paripurna.
Selainitu kader paripurna
dituntut menerapkan “ethic” tinggi,nilai-nilai
yang merepresentasikan seorang yang paripurna. Kader HMI harus mempunyai kekuaatan moral”moral force” dalam masyarakat.
senantiasa harus bersikap kritis dan menciptakan perubahan terhadap realitas.
Kader haruslah berkomitmen kepada kebenaran, keadilan dan kejujuran. Karena
ilmu yang luas saja tidak cukup perlu adanya kekuatan moral moral force” untuk membentenginya. Disamping itu kader
paripurna adalah pelopor yang mempunya inisiatif avant garde, untuk prakarsa pertama dalam setiap situasi dan
kondisi untuk memenuhi tuntutan zaman yang selalu berubah. Kepeloporan dapat di
miliki oleh orang yang memiliki tiga sarat sebagai beriku; (1) memiliki ilmu
pengetahuan yang luas (2) memahami permasalahan yang menyeluruh sampai
keakar-akarnya (3) memiliki kemauan, keinginan untuk melaksanakannya.
Belum ada tanggapan untuk "AKTUALISASI ILMU KEADABAN DALAM KADERISASI HMI KOMISARIAT ADAB; IKHTIAR TERWUJUDNYA KADER PARIPURNA"
Posting Komentar