- BUDAYA SHAPARAN MASYARAKAT JAWA
Dalam kebudayaan di
Jawa ada sebuah budaya yang sangat mengental dan sudah dilakukan
sejak dahulu.Budaya yang banyak dianut oleh masyarakat jawa awalnya
berasal dari agama dan samapai sekarang masih dilakukan, seperti
budaya shaparan. Shaparan sendiri berawal dari bahasa arap yaitu
‘afwan
yang
memiliki makna meminta maaf, tetapi orang dahulu sangat sulit untu
mengucaokannya sehingga berubah menjadi ngapem
dan sampai saat ini parapenduduk jawa menyebutnya dengan kata
shaparan. Perayaan budaya ini hanya dilakukan satu satu sekali,
walaupun seperti budaya shaparan masih sangat membudaya ( menjamur )
di dalam masyarakat jawa, untuk wilayah-wulayah tertentu perayaan
yang dilakukan berbeda,contoh di daerah nganglik budaya itu dilakukan
dengan cara bersama-sama pergi ke masjit untuk melakukan berdoa
bersama danselalu membawa makanan( sesaji ) yang digunakan sebagai
makan bersama.
Wujut budaya
seperti itu masinh kental dan bersangkutan dengan agama sebab
shaparan merupakan ritual rutin yang selalu diisi dengan pengajian,
sholawat dan senandung al-qur’an. Bila kita lihat budaya ini
setiap daerah memiliki kekhasan dalam perayannya, seperti di Bantul,
Solo dan masih banya lagi daerah-daerah lain, Pengapurooan
merupakan
istilah yang sering digunakan dalam bahasa Jawa, rasa saling meiliki
dan memafkan antar saudara sangatbaikdan mereka juga memnjatkan rasa
syukur pada Allah SWT bahwa masih diberi kesehatan dan sebagian orang
juga melakukan ziyarah ke makam-makam tokoh-tokoh islam. Banyak
sekali budaya-budaya jawa yang memiliki sangkut pautnya dengan ajaran
Islam, shaparan juga merupakan budaya yang sangat unik, oleh sebab
itu masyarakat jawa sangat memlihara budaya shaparan itu.
Kegiatan yang hanya
dilakukan selama bulan sapar dalam hitungan jawa. Kegiatan-kegiatan
itu pada umumnya dilakukan pada minggu awal, keuga atau terkahir,
setiap daerah berbeda dalam menentukan harinya tergantung dari
kebiasaan yang sudah dilakukan sejak dahulu di setiap daerah
masing-masing. Kehidupan masyarakat jawa sangat beragam akan hal
budaya dan kesopanan, Shaparan banyak di sukai oleh anak-anak sebab
mereka dapat memperoleh makanan dengan cuma-cuma dan shaparan
merupakan tinggalan dari nenk moyang di tanah jawa ini. Keunikan dan
ragamnya budaya jawa sampai dapat ditirukan oleh masyarakat lain di
luar jawa, orang-orang pendatang yang tinggal di lingkungan orang
jawa juga mengikuti budaya itu meskipun mereka kurang mengerti
maksutnya.
Budaya-budaya jawa
yang masih terlestarikanmasih cukup banyak, tetapi dilihat dari
akhir-akhir ini setiap acara shaparan masyarakat yang datang agak
berkurang, apalagi generasi penerus banyak yang memiliki kesibukan
sendiri-sendiri, sehingga yang masih mayoritasdatang dalam acara
shaparan adalh anak-anak dan para orang tua sedangkan yang kaum muda
hanya nenerapa saja. Meskipun peranan anak muda sudah berkurang
tetapi digantikan oleh generasi yang lebih cerdas dan sangat
menghargai budaya.
Di jogja daerah
Gamping budaya shaparan sering di ilustrasikan di sebut dengan
blembem.
Saat
zaman dahulu budaya shaparan biasanya dilakukan oleh masyarakat saat
setelah memanen hasil pertanian mereka dengan acara membuat
gunung-gunungan yang terbuat dari hasil-hasil panen pertanian mereka,
selain itu hasil-hasil panen itu diletakkan di suatau tempat yang
masyarakat angap waktu itu sebagai sesuatu yang patut mereka beri.
Sesaji yang masyarakat kumpulkandi doakan terlebih dahulu sebelum
diletakkan di temapatyang biasa mereka gunakan, walaupun kelihatannya
seperti sesuatu acara untuk persembahan tetapi semuanya itu merupakan
rasa syukur kepada Allah SWT, unsur-unsur agama yang terkandung dalam
budaya shaparan ini masih sangat sangat bagus sekali hsamapai saat
ini. Terkadang semua masyarakat mengundang ulama dari pesantren untuk
mengisi tausiyah bersama agar rahmat itu akan terus selalu hidup
yaitu selalu menyisakan sebagian rizkinya untuk sama-sama agar bisa
juga dinikmati oleh masyarakat lain dan untuk mempererat rasa
persaudaraan sesame manusia.
Orang-orang tua di
daerah masing-masing selalu untuk menumbuhkan rasa cinta pada
budayanya dengan menyuruh anak-anak atau generasi mereka datang pada
acara shaparan itu dengan tujuan agar mereka tidak lupa akan selalu
mensyukuri nikmat dan saling berbagi dengan masyarakat sekitar.
Shaparan selalu dilakukan oleh masyarakat jawa, sesaji-sesaji yang
ada bukan maksut untuk hal-hal yang menentang agama, tetapi
setidaknya setiap budaya masyarakat daerah memiliki makna yang dalam
tersendiri bagi budaya itu.
- BUDAYA
SYURA MASYARAKAT JAWA
Dalam masyarakat
Jawa selain budaya Shaparan ada juga budaya yang di sebut Syuro,
bahasa itu merupaka adopsi dari bahasa arab Syaara. Jika dalam
kehidupan budaya di Keraton ( Yogyakarta ) setiap jatuhnya bulan
Syuro mereka bersama-sama berjalan mengelilingi benteng ( pojok
benteng ) denngan jalan kaki, selain itu syuro juga terkadang
dilakukan pada saat pergantian tahun. Masyarakat Jawa banyak
megunakan syuro dengan melakukan hal-hal ritual yang dahulunya
tinggalan kebiasaan nenek moyang, sama halnya dengan budaya syawalan,
hanya memiliki perbedaan di salah satu aspek. Budaya syuro lebih
identik pada ritual-ritual seperti memnadikan keris-keris dan
alat-alat yang mereka angap keramat, selain itu masyarakat juga
megadakan perayaan dengan selamatan di masjit untuk berdoa bersama.
Sebagian masyarakat
Jawa megatakan tidak boleh adanya perayaan atau pernikahan di bulan
itu selain perayaan untuk budaya itu sendiri. Syuro bukan berarti
semuanya hal-hal mistis yang banyak dilakukan tetapi juga hal-hal
positif juga ada dalam budaya syuroan itu, masyarakat jawa dalam
merayakan syuroan setiap daerah berbeda cara, di daerah Solo dalam
merayakan budaya itu biasanya dilakukan pada tanggal 8 syuro
sedangkan di daerah Jogja biasanya dilakukan ptanggal 10 syuro
sedangkan
di Magelang melakukannya pada pertengahan Syuro. Kehidupan masyarakat
Jawa yang selalu memiliki rasa kebersamaan dalam hal budaya perlu
kita beri aplus, saat ini budaya syuroan lebih banyak dilakukan oleh
kaum yang sudah lansia, anak-anak generasi budayaini sangat sulit
untuk mematuhi kebiasaan pada bulan ini,. Pengajian atau siraman
rohani pada Syuroan
ini masih tetap membudaya dan anak-anak bahkan orang dewasa masih
mengikuti.
Budaya Jawa banyak
sekali hanya saja saat ini tidak semua budaya itu dapat terexsplor
semuanya. Pemerintah Yogyakarta ( Hamengku Buhono X ) sangat
menghargai budaya-budaya jawa, apalagi saat perayaan maulid nabi
Muhammad SAW di sekililing keratin terdapat pasar malam untuk
masyarakat jogja jika ingin hiburan bahkan ada saat puncaknya yaitu
sekitar tgl 20-an bulan maulid.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "BUDAYA SHAPARAN DAN BUDAYA SYURA MASYARAKAT JAWA"
Posting Komentar