PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang bahkan suatu kelompok yang dijadikan sebagai salah satu alat berinteraksi sesama, dan kita memaklumi bahwa bahasa sudah lama menjadi kajian filsafat, bahkan pada ahir-ahirnya muncul suatu disiplin ilmu sendiri yaitu filsafat bahasa. Dalam kajian filsafat mengenai bahasa yaitu bagaimana asal-usul bahasa itu ada, apa tiu bahsa dll..
Bahasa bukan saja merupakan bentuk dari isi penuturan akan tetapi juga merupakan alat atau instrumen dari proses berfikir. Jelas kiranya, bahwa hasil yang dapat diperoleh dengan menggunakan suatu teknik, akan terantung dari baik buruknya teknik yang dipergungakan. Disamping itu bahasa juga bukan alat mati dari fikiran. Diluar logika, bahasa mempunyai peranan-peranan lain dikehidupan manusia.
Pada kesempatan ini kita akan mencoba untuk mendiskrifsikan dan mengkaji bersama mengenai bahasa baik itu mengenai :
· Bahasa dan Masyarakat
· Batasa dan Pengertian Bahasa
· Perbedaan Bahasa dan Tutur
· Kelahiran Bahasa
PEMBAHASAN
A. Bahasa dan Masyarakat
Bahasa lahir dari masyarakat, maka sebelum mengkaji tentang bahasa lebih dalam, lebih baiknya kita akan memaparkan tentang hubungan bahasa dan masyarakat . Tampaknya sulit di sangkal bahwa bahasa lahir dan hidup bersama masyarakatnya. Akan tetapi ada pertanyaan yang belum bisa dijawab secara pasti yaitu kapan masyarakat itu ada dan terbentuk, serta kapan mereka memiliki bahasa. Akan tetapi setiap manusia selalu memerlukan alat untuk berkomunikasi sesama warganya. Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana masyarakat ketika belum memiliki bahasa atau untu berkomnikasi.
Aspek lain yang patut diperhatikan ialah bahwa semua bahasa manusia selalu melibatkan bunyi, bahkan dapat dikatakan bahasa itu terdiri dari bunyi. Berbicara tentang “ bunyi bahasa” tentu tidak dapat dilepaskan dari manusia yang membentuk dan menjadi warga masyarakatnya. Pada suatu saat tertentu, pada zaman lampau, manusia, sesuai dengan perkembangan fisik dan organ-organ tubuhnya, mampu menghasilkan bunyi-bunyi sebagaimana yang kemudian dikenal sekarang dengan bunyi bahasa. Perkembangan selanjutnya adalah bahwa pada suatu saat tertentu manusia mampu menggabung-gabungkan bunyi-bunyi tunggal tersebut menjadi yang sering kita sebutkan sekarang adalah kata. Kata-kata inilah yang menggantikan apa-apa yang tadinya diperankan oleh bahasa gerak.
Pada hal ini kita masih membicarakan hubungan bahasa dengan masyarakat, dalam pengertian spekulasi bagaimana kira-kira masyarakat pada zaman dahulu mempunyai kemampuan menciptakan alat untuk berkomunikasi, dengan terlebih dahulu melihat kemampuan organ-prgan tubuh manusia. Istilah komunikasi itu sendiri sebenarnya sudah mengandung pengertian sosial karena komunikasi selalu melibatkan lebih dari satu orang.
Jadi melihat penomena-fenomena diatas jelaslah bahwa hubungan bahasa dengan masyarakat sangatlah erat, hal ini dilihat bahwa bahasa adalah milik manusia yang paling agung dan yang paling utama. Dalam hubungannya dapat dipahami secara sederhana yaitu ketika masyarakat menciptakan sesuatu, setidaknya mereka memerlukan nama untuk ciptaanya.
B. Batasan dan Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia (Aristoteles), definisi ini kemudian dikutip oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam buku tata bahasanya, terbitan pertama tahun 1952. Buku tersebut menjadi peganagan bagi guru-guru bahasa Indonesia sampai munculnya definisi bahasa dari linguistik struktural dan masuk ke Indonesia. Definisi Aristoteles ini menunjukan bahwa bahasa itu baru ada kalau ada sesuatu yang ingin diungkapkan , yaitu pikiran atau perasaan. Dengan kata lain , pikiran mempengaruhi bahasa , karena pikiranlah bahasa itu ada.
Batasan tersebut bertolak belakang dari pandangan dua pakar bahasa, yaitu Edward Sapir Benyamin L Whorf yang terkenal dengan pandangan hiptesis Sapir – Whorf. Hipotesis ini menyatakan bahwa bahasa ibu (native languange) kita, yang kita kuasai sejak kecil, bertindak sebagai kisi-kisi dalam benak kita, yang menghalangi pandangan kita dalam melihat dunia luar kita ketika menggunakan bahasa.
Kita juga mendapakan pendapat dari pakar linguistik strukral Leonard Bloomfield (1933) juga tidak sependapat dengan batasan yang di kemukakan oleh Aristoteles. Bloomfield tergolong pengikut aliran behaviorisme dalam hal psikologi. Aliran ini lebih mementingkan bentuk atau struktur ketimbang makna. Aliran ini mementingkan apa-apa yang dapat diamati. Batasan yang diajukan oleh pakar linguistik ini ialah “ Bahasa adalah sisitem lambang bunyi yang bersifat sewenang-wenang, yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk berkoperasi dan berinteraksi.” Jadi tidak ada hubungan intristik antara bunyi dan makna. Akan tetapi batasan kaum strukturalis kurang diminati oleh para pakar.
Dalam sosiolinguistik kita mengenal ungkapan “ Bahasa adalah alat komunikasi “, “ Bahasa adalah alat jati diri (identitas) individu atau kelompok”, “ bahasa adalah alat pemersatu bangsa.” Ungkapan-ungkapan tersebut merupakan jawaban atau dapat dipakai untuk menjawab filosofis “ Apa bahasa itu?”.
Disamping itu, sosiolinguistik juga menunjukan bahwa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa juga menunjukan perilaku yan betul-betul berwatak sosial, tanpa harus memperhatikan makna. Bahkan kadang-kadang seperti tidak memperhatikan logika, Bahasa kadang-kadang digunakan orang sekedar untuk basa-basi.
Pakar bahasa dari jerman, Wilhem von Humboldt (abad ke-19) mengemukakan bahwa bahasa merupakan suatu sintesis (gabungan) bunyi sebagai bentuk luarnya dan pikiran sebagai bentuk dalamny. Baginya, bahasa merupakan suatu kegiatan yang dapat diuraikan menurut seperangkat prinsip yang jumlahnya terbatas dan berdasarkan hal itu bahasa dapat membangkitkan berbagai ujaran (kalimat) yang tidak terbatas jumlahnya.
Menurut Chomsky, tiap penutur bahasa memiliki kemampuan untuk menguasai graamatika bahasanya. Kaedah-kaedah itu abstrak, tersimpan didalam benak penutur, dan jumlahnya sangat terbatas. Dalam bahasa Inggris misalnya, struktur kalimatnya dapat direpresentasikan (diwakili) dengan “ Rumus” yang satu saja, yakni NP + VP (Frase Nominal +Frase Verbal). Artinya, semua kalimat Inggris dapat dikembalikan kepada rumus tersebut. Karena itu Chomsky mengatakan bahwa bahasa merupakan perilaku yang diatur oleh rumus-rumus. Berdasarkan rumus tersebut penutur mampu mentrasformaskan menjadi kalimat-kalimat yang jumlahnya tidak terbatas dalam bentuk ujaran. Ujaran- ujaran yang diproduksi oleh penutur itu merupakan wujud dari :
a. Penampilan
b. Struktur Dalam atau Struktur Batin
c. Struktur Permukaan atau Struktur Lahir
C. Perbedaan Bahasa dan Tutur
Pada pembahasan ini kita akan mengambil pendapat Stephen Ullmann yang menjelaskan tentang peedaan antara bahasa dan tutur. Yaitu:
BAHASA TUTUR
· Sandi (kode) -Penyandian (pengkodean)
· Potensial - Diaktualisasikan
· Sosial - Individual
· Pasti (fixed) - Bebas
· Bergerak lamban - Bergerak cepat-singkat
· Psikologis - Psikofisik
Jika tabel itu di cermati maka , pada dasarnya kontras bahasa – tutur ada pada dua hal saja, yaitu potensial – aktual dan sosial – individual.
D. Kelahiran bahasa
a. Hipotesis Monogenesis
Berasal dari kata mono = tunggal, genesis=kelahiran. Yaitu hipotesis yang mengatakan bahwa semua bahasa di dunia ini berasal dari satu bahasa induk. Akan tetapi pandangan ini di tentang oleh J.G von Herder (1744-1808). Menurutnya adalah : kalau betul bahasa berasal dari Tuhan maka tidak mungkin bahasa itu begitu buruk dan tidak selaras dengan logika, karena Tuhan maha sempurna.
Di dalam tradisi kepercayaan agama-agama yang turun dari langit terdapat kepercayaan bahwa bahasa itu pemberian tuhan. Para penulis Barat tentang bahasa sering mengemukakan bahwa di dalam kitb Injil, yaitu kitab suci orang Kristen, Than telah melengkapi pasangan manusia pertama di dunia Yaitu Adam dan Hawa (Eva) dengan kemampuan alami (kodrati) untuk berbahasa dan bahasa inilah yang diteruskan kepada keturunan mereka (Simajuntak, 1987).
Mustansyir (1998) Mengutip Oemar Bakry bahwa didalam kitab suci orang Islam, surat Al-Baqarah ayat 31 tertulis : “ Dan Allah mengajarkan kepada nabi Adam semua nama-nama benda, kemudian diajukan-Nya kepada malaikat. Kemudian Allah berfirman, sebutkan kepada-Ku nama-nama itu jika kamu memang benar ”. Bahkan malaikat, makhluk tuhan yang tidak berbuat dosa, itu tidak dapat menyebutkan nama-nama benda tetapi nabi Adam bapak seluruh umat manusia, mampu menyebutkan nama-nama benda seperti diperintahkan oleh Allah. Mustansyir menilai, semua itu sebagai sumber otentik yang menyatakan sejak semula manusia sudah dibekali kemampuan berbahasa.
b. Hipotesis Poligenis
Berasal dari kata poli = banyak. Yaitu hipotesis yang mengatakan bahwa bahaasa-bahasa yang berlainan lahir dari berbagai masyarakat, juga berlainan secara evolusi. Bagi F. von Schlegel (1772-1882), bahasa-bahasa didunia ini tidak mungkin berasal dari satu induk. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan, bergantung pada faktor-faktor yang mengatur pertumbuhan bahasa itu. Ada bahasa yang dilahirkan oleh onomotope ada pula bahasa fleksi. Dari manapun asalnya, akal manusialah yang membuatnya sempurnah.
Seorang ahli fisafat dari Prancis (E.B de Condillac), mengatakan bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri, yang dibangkitkan oleh emosi yang kuat, kemudian teriakan-teriakan tersebut berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna.Von Herder telah mengatakan bahwa bahasa lahir dari alam dan onomotope Yaitu kelahiran bahasa atau bahasa itu berasal dari tiruan bunyi alam. Bunyi yang ditimbulkan oleh alam, misalnya bunyi guntur, bunyi binatang, ditiru manusia secara onomatope. Bunyi tiruan ini lalu diolah manusia untuk tujuan-tujuan tertentu, dimatangkan sebagai akibat dari dorongan hati manusia yang kuat untuk berkomunikasi.
Istilah onomotope itu sebenarnya sudah disebut-sebut dalam karya Plato (427-347 SM), ketika Cratylus berbicara tentang asal-usul terbentuknya kata. Pertanyaan yang dikemukakan ialah apakah hubungan antara kata dengan benda (yang menjadi nama benda itu) adalah alami atau hanya kesepakatan. Maka dalam hal ini timbul dua kubu yang melihat realita ini yaitu:
i. Kaum Naturalis
Kaum ini yang beranggapan atau yang percaya adanya hubungan intristik antara bunyi bahasa dengan makna benda yang diacu.
ii. Kaum Konvensonalis
Yang beranggapan bahwa hubungan itu hanyalah karena konvensi dan sifanya sewenang-wenang.
c. Nelson Brooks (1975)
Menurut dia, bahasa lahir pada waktu yang sama, yaitu ketika manusia ada. Berdasarkan temuan-temuan antropologi, arkeologi, biologi, dan sejarah purba, manusia, bahasa, dan budaya, secara bersama-sama lahir untuk pertama kalinya di afrika, lebih kurang dua juta tahun yang lalu.
Kelahiran bahasa itu bergandengan dengan kelahirannya budaya. Melalui budaya segala ciptaan kognisi seseorang dapat juga dimilki oleh orang lain dan dapat diturunkan kepada generasi kemudian. Sejak adanya manusia ada dua evolusi yang bersamaan, yaitu evolusi fisiologi dan evolusi budaya. Keduanya diikuti pembesaran otak manusia dan perluasan pemakaian bahasa. Jadi dapat dipastikan bahwa manusia, bahasa, dan budaya lahir bersama-sama, serta tumbuh secara saling menjalin.
KESIMPULAN
Pada pembahasan-pembahasan di atas kita telah banyak mendiskrifsikan baik itu hubungan bahasa dengan masyarakat, pengertian bahasa, perbedaan bahasa dengan tutur, dan kelahiran bahasa.
Pada hal yang pertama yaitu hubungan bahasa dengan masyarakat dapat disimpulkan bahwa, masyarakat tidak pernah bisa terlepas dengan bahasa dan begitu juga dengan bahasa, yaitu bahasa tidak akan berkembang apabila tidak ada suatu masyarakat. Jadi hubungan antara bahasa dengan masyarakat sangatlah erat.
Mengenai pengertian bahasa diatas kita juga banyak mengkaji tentang pendapa para pakar bahasa didunia mengenai pengertian bahasa dan batasanya, dan pada ahirnya kita akan mengutip sedikit tentang pendapat para pakar bahasa salah satunya :
1. Aristoteles yang mengatakan : Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia.
2. Leonard Bloomfieldyang mengatakan : Bahasa adalah sisitem lambang bunyi yang bersifat sewenang-wenang, yang dipakai oleh anggota masyarakat untuk berkoperasi dan berinteraksi
Adapun mengenai lahirnya bahasa, sesuai dengan yang telah kita pelajari bersama bahwa ada tiga pendapat mengenai lahirnya bahasa yaitu :
1. Hipotesis Monogenesis
2. Hipotesis Poligenis
3. Kelahiran bahasa itu bergandengan dengan kelahirannya budaya
Setelah kita mempelajari tentang bahasa kiranya kita telah mengetahui hakekat dari bahasa itu sendiri, jadi kita dapat menjawap pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang apa itu bahasa?, kapan bahasa itu lahir? Dan sebagainya.
Belum ada tanggapan untuk "Bahasa dan Kelahirannya"
Posting Komentar