Sejak berdirinya dinasti Ustmani sampai runtuhnya pada awal abad 18, peradaban bangsa arab mengalami keterpurukan dalam berbagai presfektif termasuk menjurus kebidang sastra yang menjadi cerminan bangsa arab. Pada masa Turki Ustmani model puisinya sangat dangkal dan artifisial mungkin dikarnakan bahasa arab bercampur dengan dialek Ustmani yang sempit ataupun pada masa ini disibukan dengan controling hegemoni daerah taklukan Turki yang sangat luas sehingga perhatiaan penguasa saat itu sangat kurang tentang memajukan keilmuaan dan peradaban khususnya sastra dan puisi arab. Berbeda dengan masa Abasiah, masa ini merupakan masa keemasan bangsa islam dalam peradabannya termasuk sastra didalamnya mempunyai peranan besar dalam menopang kemajuaan bangsa arab saat itu. Banyak sekali genre sastra tumbuh dan berkembang pada masa ini ada puisi khomer yang di prakarsai oleh abu nuwas disamping itu ada al maqomat ibnu hamzany, prosa arab yang murni yang didalamnya ada dialog dan menjurus kepada drama dan masih banyak lagi yang lainnya.
sedangkan pada masa dinasti Umayah ada jenis genre al muwasysyah yang secara etimologi menggambarkan keindahan kalung permata dan mutiara yang di hubungkan kepada wanita, pada masa ini budaya hedonisme dan panatisme muncul setelah berakhirnya masa kekhalifahan islam berganti menjadi dinasti yang menyebabkan kembali mengakar budaya hedonisme dan panatisme suku dimasa jahiliah dan pengaruhnya masih dirasakan pada masa Abbasiah.
Setelah hampir lebih dari 5 abad pasca runtuhnya peradaban kerajaan abasiah dari ekspansi bangsa Mongolia pimpinan Hulagukhan 1258 M, bangsa arab masuk pada masa nahdah kebangkitan dan kesadaran. Proses kesadaran ini dipercepat dengan bersentuhannya peradaban bangsa arab dengan bangsa barat (Francis) melalui ekspansi yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Disamping itu proses kesadaran dan kebangkitan ini semakin terwujud lantas di implementasikan di masa pemerintahan Muhammad Ali.
1. Masa Pendirian (al Riyadah)
Aliran sastra arab modern ini muncul pada paroh kedua abad 19 dan yang menjadi tokoh pelopornya adalah Mahmud Sami al-Barudi. Disamping itu Rifaa’h Tahtawi yang telah memberikan konstribusi yang besar terhadap berkembangnya bentuk prosa jurnalistik modern.
Fenomena kemunculan pemikiran neoklasik sebagai gerakan Arab memiliki peranan penting dalam sejarah Arab modern. Aspek yang menonjol dalam aliran ini adalah secara sekilas tidak nampak terlalu modern aliran barudi di karakteristikan sebagai yang tidak terlalu banyak memiliki inovasi pada tehnik pengungkapan kepenyairannya. Tidak sepertiyang banyak dimiliki pada penyair post klasik yang banyak di ikuti penerus sesudahnya. Ini artinya perubahan pada sastra selama paroh pertama abad ke 19 pra penyair mesir banyak di pengaruhi oleh tradisi-tradisi penyair post klasik yang cendrung mementingkan bentuk, makna, dan arti. Bila neoklasik Barat berorientasi menghidupkan sstra Yunani dan Latin kuno, maka neoklasik Arab berkeinginan untuk menghidupkan keindahan puisi Abasiyah, seperti puisi Abu Nawas, Abu Tamam, Ibnu Rumi, al-Mutanabby, al-Ma’arry, dan al-Buhtury. Keindahan puisi Abbasiyah secara stilistik dikombinasikan dengan semangat dan tema baru. Tak dapat dipungkiri bahwa kemunculan neoklasik adalah reaksi atas kedatangan Perancis tahun 1798. Gerakan ini disambut oleh para sastrawan lain seperti, Hafiz Ibrahim, Ismail Sobry, Aly al-Jarim dari Mesir, Ma’ruf al-Rasasy dan Jamil Sidqy dari Irak, Basyarah al-Khaury dari Lebanon. Penyair penyair sesudahnya adalah sangat individualistik. Lebih berkonsentrasi pada kehidupan pribadi, ambisi pribagi dari pada menemukan kembai puisi karya karya postclasik seperti Saepudin al Hilli. Aliran albarudi dengan jelas belum mampu tampil sebagai sebuah contoh, namun ia sekaligus merupakan sebuah contoh yang lebih tinggi kualitasnya dari pada pendahulunya.
Masa tersebut juga merupakan priode antologis (diwani). Al Barudi menulis sebuah antologi puisi yang menakjubkan tentang puisi klasik, filolog, marsafi mengumpulkan dan mencetak alwasilah adabiyah yang memeuat kutipan kutipan puisi klasik. Keduanya merupakan sumber inspirasi dari penyair neokalasik yakni Ahmad Syauki Dan Hafid Ibrahim.
Ada beberapa alasan mengapa Mahmud Sami al-Barudi di jadikan ikon dan pelopor aliran neokalsik ini, alasan-alasan tersebut sebagai berikut; ia berhasil menggubah bahasa puitika dalam syair-syair arab yang semula lemah menjadi kuat; kedua ia berhasil memasukan unsur baru dalam syair arab yang beberapa abad telah di tinggalkan yaitu unsur subjektivitas dalam berpuisi. Usaha yang dilakukan kembali Barudi untuk membawa kembali style, bentuk dan musikalitas puisi arab pada masa keemasannya bukan berarti ia taklid buta dan ikut terlarut dalam romantisme kejayaan penyaiir masa lampau akan tetapi ini merupakan sebuah otokritik bagi penyair sejamannya untuk menjaga tradisi dan peradaban bangsa arab terlebih lagi mengembalikan kepercayaan penyair sejamannya untuk percaya diri dan muncul dengan karyanya yang baru. Kemudian dengan itu semua mereka bisa menandingi penyair masa lampau yang hidup pada masa ke emasannya dan mereflesikan diri untuk bangkit setelah sekiaan lama berada pada masa stagnasi dan kejumudan.
Masa ini juga merupakan masa awal publikasi teks-teks arab klasik. Hal ini dilakukan misalnya oleh penerbit oleh Bulaq press yang membacanya tidak hanya dari kalangan filolog saja akan tetapi semua kalangan ilmuwan baik itu para lingustik, sastrawan sejarawan dan sebagainya. Jamiyat alma’arif (tebit th 1868) juga memainkan peranan penting bagi publikasi besar, termuat didalamnya sumber-sumber karya sastra klasik arab yang menjadi rujukan otentik. Disamping itu terbit majalah al jawaib yang dipimpin oleh Ahmad Faris al Shidyaq (1804) salah seorang penyair libanon di Istambul. Majalah ini sangat dikenal di belahan timur arab sebagai garis pinggir (slide line) publikasi teks arab klasik.
Motivasi terhadap kecendrungan di atas adalah tidak semata-mata hanya untuk sastra saja akan tetapi juga ada itikad untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. Meskipun jiwa nasionalisme arab tidak muncul dengan sendirinya sejak permulaan abad ini. Tetapi itu merupakan bahan evaluasi dan refleksi terhadap peristiwa besar bagi peradaban nasional, Lebih dari itu nasionalisme untuk menahan mengalirnya budaya barat (western culture) yang dianggap sebagai momok yang menakutkan. Dalam presfektif itu kebanyakan orang Mesir mengklaim bahwa peradaban merekalah yang merupakan pusat segala peradaban dunia khusunya peradaban islam sendiri tidak hanya bagi orang arab tetapi bagi orang mesir sendiri. Bagaimanapun hal ini tidak terjadi karena karakter keagamaan (relegius) tetapi terhadap pemahaman budaya mereka. Pembaharu muslim menghadapi abad ke 19, melakukan pempublikasian kembali karya-karya arab klasik; semangat reformasi mereka terkonsesntrasi pada bahasa arab sebagai bahsa alquraan dan bahasa surga juga program mereka termasuk purifikasi terhadap karya-karya klasik. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Muhammad Abduh pada paroh ke kedua abad 19 ia tidak hanya mempublikasikan persi maqomatnya al Hamzani di bairut dan mengkolaborasikan publikasi karya besar seorang ahli kamus (lexicographer) ibnu sida tetapi juga menjadi pemimpin masyarakat untuk menghidupkan kembali belajar bahasa arab dengan mempublikasikan karya besar al Jurjani , Asrar al Balagoh.
2. Masa pematangan dan kemasan (al ta’shil wa al izdihar)
Mahmud Sami al Barudi (1838-1904M) merupakan pelopor berdirinya aliran neoklasik (al muhafidin) sastra arab, terutama dalam genre puisi yang sangat diminati oleh bangsa arab. Ia merupakan sumber inspirasi bagi tiga tokoh penyaiir besar yaitu Ahmad Syauqi (1969-1932 M), Hafidz Ibrahim (1871-1932 M) dan Khalil Mutran (1872-1949 M). Ketiga penyaiir di atas merupakn tokoh yang secara konsisten menempuh jalan seperti yang dilakukan Albarudi dalam menoreh pada warisan puisi klasik, tentu saja memberikan ulasan dan inovasi terutama terhadap persoalan jamannya. Inovasi yang mereka gubah ialah mereka banyak menggubah tema-tema puisi yang bersumber dari selera pribadi dan kelompok masyarakat. Tetapi banyak para kritikus yang menyayangkan akan hal itu dikarnakan banyak tema puisi yang digubah dari persoalan jamannya mereka usung secara apa adanya tanpa melibatkan emosi pribadi sehingga puisinya nampak sangat objektif dan inilah yang menjadi kritikan pedas terhadap kemunculan aliran romantisme dan memunculkan madrasah diwan.
Khalil mutran dianggap sebagai tokoh repsentatif puncak aliran neoklasik ini. Diwan antologi puisinya yang ditulis penuh dengan kasidah-kasidah patriotik, politik dan curhatan hati. Untuk kasidah-kasidahnya tentang cinta sangat dekat dengan aliran romantik yang sedikitnya banyak mengekspresikan pengalaman-pengalaman pribadi seputar cinta, kenangan masa kecil , sejarah jamannya, impiaan-impiaan manusia, keadaan sosial dan derita masyarakat masanya.
Secara global ada beberapa karakteristik puisi aliran ini, secara ringkas dan sederhana karekteristik puisi pada aliran ne klasik sebagai berikut:
1. Para penyair mengangkat tema-tema puisi arab klasik tetapi juga mengusung tema-tema baru dengan cara merespon tuntutan zamannya. Seperti tema patriosm, tema sosial
2. Ada beberapa penyair yang mengakui pola qasidah klasik dengan meletakan atlal dan ghazal diawal dan ada yang mengabaikan pembukaan semacam ini sehingga dalam puisinya nampak ada kesatuaan tematik dan berjudul terutama puisi syauki, hafidz dan mutran.
3. Larik tetap merupakan kesatuaan makna dan seni, sedangkan qasidah semacam ini belum bisa mewujudkan satu kesatuaan struktur karya yang otonom.
4. Refrensi kasidahnya adalah kamus puisi arab klasik tetapi ada beberapa penair yang mengambil dari kata-kata baru dari realitas kehidupan yang ada
5. Aspek didaktis dan etis sangat mendominasi
6. Sejumlah penyair mencoba menandingi puisi-puisi popular arab klasik dan meniru tema, metrik dan rimanya
7. Para penyair terpaku pada sejarah arab dalam menyusung temanya
8. Para penyair pada aliran ini tidak tunggal dan padu; ada yang meniru pola klasik dan ridak menambahkan inovasi sedikitpin, ada yang menambahkan dengan pola pengalaman subjektifd,ada yang membuat bbentuk inovasi baru, dan ada yang mendekati aliran romantik.
9. Ada penyair yang mengangkat tema baru tetapi dengan style lama.
Setelah mencapai kedewasaannya pada masa noeklasik ini, para penyair arab masih terpukau akan tingginya tradisi klasik dalam bersyair dan sulit sekali menerima gubahan dan inovasi terhadap realitas zamannya. Satu sisi terdapat inovasi dari tema yang dianggap baru seperti tema sosial dan patriosem tetapi para penyair masih menggunakan style lama dalam mengubah puisinya. Akan tetetapi sastra arab benar-benar telah menjejaki proses modernnya melalui khalil mutran dan kawan-kawanya maka dalam perkembangan selanjutnya munculah aliran romantik yang memunculkan beberapa pase yakni pada madrasah diwan, madrasah mahjar, madrasah apollo, madrasah hadithah dll.
2 Tanggapan untuk "Aliran Sastra Arab Neoklasik"
tulisan yang menarik..
menarik apanya bos...heheheee mksh dah koment singkat amat
Posting Komentar