I. Pendahuluan
Secara totalitas umat muslim menerima begitu saja ketika tahun hijriyah dijadikan sistem penanggalan dalam islam. Kebanyakan mereka semua taklid buta terhadap para ulama klasik atau nenek moyang mereka tanpa mengerti dan memahami kenapa tahun hijriah itu menjadi sistem kalender penanggalan dalam islam terlebih lagi tidak ada penelahan ataupun analisis yang komprehensif tentang historisitas kenapa tahun hijrah menjadi tahun yang agung dalam agama islam ini. tentunya ada suatu hal yang spesial mengapa tahun hijrah di jadikan tahunnya orang islam, ataupun terjadi sebuah peristiwa yang menarik disana, atau pun pada tahun itu terdapat peristiwa besar yang menjadikan tahun hijriah menjadi tahunnya umat islam. Sederetan permasalan diatas akan menjadi acuan penulis dalam menguraikan sebuah catatan tentang “التاريخ الهجري ". Abas Mahmud Aqqad yang diulas dan dikupas menggunakan teori struktuiralisme genetik.
Teori struktural genetic merupakan teori yang memusatkan kajiannya tidak hanya pada karya sastra yang dipandang sebagai suatu struktur yang bulat dan utuh (otonom), akan tetapi melibatkan peran pungsi pengarang dan aspek social dan kesejarahnnya. Sebagai suatu struktur yang unsur-unsurnya dapat dibongkar dan dipaparkan secermat mungkin serta dapat dicari keterjalinan semua unsur-unsurnya yang dipandang dapat menghasilkan makna yang menyeluruh tidak hanya didalam teks saja melainkan mengikut sertakan unsure luarnya juga seperti lingkungan sosial dan aspek kesejarahannya tadi. Oleh karena itu setiap unsur dalam teks aqqad ini dipandang mempunyai potensi dan makna tertentu yang dapat dijadikan pendukung dalam membentuk struktur karya sastra yang masif. Melihat dari teksnya Abas Mahmud Aqad tentang “التاريخ الهجري ". kita bisa menggambarkannya dengan mengunakan metode struktural ginetik diatas supaya mendapakan pemahaman makna interistik teks dan pemikirannya semendalam mungkin.
II. Abbas Mahmud 'Aqqad
Nama lengkap Abbas Mahmud 'Aqqad yaitu Abbas Mahmud Ibrahim Mustafa 'Aqqad, dilahirkan pada 28 Juni tahun 1889 di Aswan. 'Aqqad dilahirkan dalam suasana keluarga yang sangat akrab dengan disiplin Agama dan disiplin nilai-nilai luhur, sehingga dengan keadaan seperti ini, secara tidak langsung telah memberikan frame dan rel bari kehidupan 'Aqqad.
Ayah ‘Aqqad yang sangat memperhatikan akan kehidupan sang anak pun sangat mendukung atas kelancaran perjalanan 'Aqqad dalam bertindak dan berfikir. Pada suatu hari ada semianar para ulama yang diikuti pula oleh ayah 'Aqqad di Al-Mundziroh, saat itu 'Aqqad masih dalam alam kanak- kanak dan belum dewasa, namun ayahnya memaksa ‘Aqqad untuk mengikuti seminar yang berisikan politik dan wawasan yang lainnya. Ternyata dari pembawaan kejeniusan 'Aqqad, 'Aqqad mampu memberikan masukan-masukan dan mampu berdialog bersama para ulama besar yang hadir dalam nadwah itu, itulah diantara ciri-ciri kejeniusan 'Aqqad yang sudah terlihat semenjak masa kanak-kanak.
Dalam masa hidupnya tiada yang 'Aqqad ketahui selain Aswan tempat ia dilahirkan dan dikuburkannya serta Kairo sebagai tempat ia bekerja dan berfikir hingga menjadi kiblat para pemikir. Tiada lain yang ia diketahui kecuali Wiliam Skespir dalam masa hidupnya, Strotford tempat kelahirannya dan London tempat kematiannya, tempat mengukir sejarah dengan kegemilangan syair-syair karyanya.
Dalam masa studinya, ketika ‘Aqqad menginjak masa sekolah, ‘Aqqad memasuki sekolah Ibtidaiyyah, namun tak lama kemudian ia masuk madrasah Aswan al-Amiriah. Berawal dari sini, ‘Aqqad mulai banyak menimba ilmu dari berbagai guru . Madrasah itu pula yang mengantarkan ‘Aqqad menjadi pemikir yang sangat brilian dan kemudian membentuk ‘Aqqad menjadi penulis yang produktif dan berakar. Dari Madrasatul Kuttab lahir pengarang-pengarang yang sangat terkemuka di masanya.
Sebenarnya banyak sekali karya beliau yang membahas tentang keislaman, sastra, jurnalis dan sebagainya tetapi penulis hanya membahas sebuah teks kutipan tentang pandangan Aqqad tentang tarikh alhijri yang akan dibahas dibawah ini.
III. Isi Kandungan
Untuk menganalisis catatan Aqqad tentang Tarihul hijrinya kita mulai dengan kutipan dibawah ini;
لم كان يوم الهجرة ابتداء التاريخ فى الإسلام , ولم يكن يوم الدعوة ؟ ولم لم يكن يوم بدر او يوم ولادة النبى او يوم حجة الوداع يوم
ابتداء التاريخ كل يوم من هذه الأيام كان فى ظاهر الرأى وعاجل النظر أولى بالتاريخ والتمجيد من يوم الهجرة , من يوم الفرار بالنفس والعقيدة فى جنح الظلام
Kutipan diatas merupakan awal dari beberapa pertanyaan yang di munculkan aqqad dalam artikelnya tarihulhijrinya/ , التاريخ الهجر ". sekaligus disana terdapat suatu asumsi yang mengatakan bahwa tarih hijriah adalah awal permulaan tahun dalam islam sebagai system pengkalenderannya karena pada tahun itu terjadi peristiwa migrasi pertama dalam sejarah islam yang tujuannya untuk menjaga iman dan memelihara aqidah dari kegelapan karena pada masa ini adalah puncak dari tingginya iman dan akidah yang kuat dari kaum muslimin.
Dilihat dari itu semua seperti da’wah, peringatan kelahiran nabi, haji wadanya rasululah tidak ada nilai historis yang kuat untuk dijadikan filosofis sebagai tahun penanggalan islam kendati hari –hari itu penting dalam islam.
Disamping itu momentum hijrahnya rasul merupakan suatu yang membahagiakan bukan hanya bagi nabi tetapi bagi kaum muslimin dan dianggap sebagai kemenangan yang luar biasa di dalam al quran. Momentum dakwah tidak dijadikan sebagai penanggalan islam dikarnakan dakwah merupakan suatu ajakan untuk menyeru kepada manusia baik banyak atau sedikit manusia itu merupakan suatu kenisciyaan dalam islam sebagaimana terdapat dalam paragraph yang ke-6.berikut kutipannya;
يوم الدعوة لم يكن يوم الإسلام الأول , لأن الدعوة كلمة يستطيعها كل إنسان , ويستطيع النكول عنها بعد قليل أو كثير
Begitu juga dengan hari kelahiranya nabi tidak dijadikan acuan awal dalam penanggalan tahun islam dikarnakan kelahiran nabi Muhamad bukanlah suatu mukjizat dalam islam beda halnya kelahiran Yesus didalam umat kristiani merupakan mukjizat besar, disana ada nilai mukjizat luar biasa ketika yesus dilahirkan dan oleh sebab itu kaum nasrani mengagungkan momentum ini dengan menjadikan momentum kelahiran yesus sebagai penanggalan tahun masehi pertama. Sebagaimana terdapat dalam kutipan dibawah ini.
ويوم ميلاد النبى لم يكن يوم الإسلام الأول , لأن ميلاد محمد لم يكن معجزة الإسلام كما كان ميلاد عينى معجزة المسيحية , ولأن محمدا بشر مثلنا فى مولده
Tesis Aqqad mengapa tahun hijriah menjadi penanggalan pertama dalam agama islam karena hari itu dijadikan inspirasi bagi hari-hari lainnya, yakni pada saat itu umat muslim menyadari bahwa iman dan akidah yang kuat menuntun mereka dalam kebahagiaan dan kemerdekaan yang sebenarnya dan menghapuskan penderitaan dari mereka semua. Disini berbeda halnya dengan momentum dakwah dan hari kelahiran nabi yang tidak mempunyai nilai mukjizat seperti halnya kelahiran yesus tadi. Disamping itu kemenangan iman bisa di rasakan pada momentum hijrah rasul sperti yang dilakukan rasul ketika meninggalkan orang-orang yang dicintainya di makkah yakni orang yang beriman dan beraqidah kuat.
Tidak bisa di ragukan lagi bahwa logika Aqqad dalam menganalisis tahun hijriah sebagai tahun pertama dalam penanggalan islam merupakan suatu kelahiran kembali hari yang bersejarah bagi islam dalam menunjukan kemampuan mental yang sadar akan memahami esensi sebenarnya dari islam itu sendiri. Disamping itu untuk menggali saat-saat penting bahwa doktrin hak antara dua posisi yang besar yakni menempatkan posisi mental dan posisi kosisten (istiqomah) ketika terjadi penderitaan yang dialami oleh manusia. dan saat ini manusia adalah dalam keadaan menderita baik karena sejarah, kegagalan karena membela diri dan Dari kemenangan yang baik. Tetapi Kemenangan yang sebenarnya adalah kemenangan rasululah yang merupakan kemenangan kaum muslimin secara kafah ketika ia berhijrah dari segala sesuatu dengan di penuhi iman dan aqidah yang quat dalam menjalankannya dan selalu konsisten dengan apa yang dilakukannya dan mereka semua itulah merupakan orang-orang yang menang secara haqiqi.
IV. Kesimpulan
Tahun hijriah di jadikan permulaan dalam system pengkalenderan islam menurut abbas Mahmud aqqad dalam catatannya yang berjudul “التاريخ الهجري ". karena merupakan momentum yang memiliki nilai historis dan filosofis yang tinggi dalam sejarah islam yang dijadikan inspirasi bagi hari-hari lainnya untuk bercermin dari peristiwa hijrah ini. Peristiwa hijrah ini merupakan peristiwa agung, puncak dari tingginya iman dan quatnya akidah kaum muslimin dalam menghadapi penderitaan dan sikap mental yang kuat juga selalu konsisten terhadap apa yang diyakininya menghantarkan mereka kedalam kebahagiaan yang hikiki dan kemenangan besar.
Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah memiliki nilai-nilai dan makna yang patut dihayati oleh setiap muslim. Peristiwa itu mengandung semangat perjuangan dan rasa optimis yang tinggi, yakni semangat “berhijrah” (mengubah) dari hal-hal yang kurang baik kepada yang lebih baik. Semangat itulah yang memotivasi Rasulullah SAW dan parasahabat, serta kaum muslimin pada waktu itu meninggalkan tanah kelahiran mereka Makkatul Mukkarramah pindah (hijrah) ke Madinatul Munawwarah. Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan pengikutnya saat berhijrah bagi sekelompok pejuang yang selalu optimis untuk mencapai kemenangan. Keteguhan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bekal yang tak ternilai dalam perjalanan menuju Madinah yang ketika itu masih bernama Yatsrib. Dan ternyata optimisme Rasulullah dan pengikutnya itu mendapat sambutan hangat oleh warga Kota Madinah. Di Kota Madinahlah Nabi berhasil dengan dakwahnya, sehingga Islam berkembang bukan saja di jazirah Arab, tapi telah meluas sampai ke Parsi (Iran), Iraq, Syam, serta sebagian Afrika. Di Madinah yang juga dijuluki “Kota Rasul” itu Nabi Muhammad SAW membangun pemerintahan serta menegakkan hukum dan syariat Islam secara menyeluruh (komprehensif). Itulah sebabnya kota suci umat Islam kedua setelah Mekah itu dijuluki dengan nama “Madinatul Munawwarah” (kota yang memancarkan cahaya yang cemerlang).
Belum ada tanggapan untuk "Analisis Aqqad Terhadap Tahun Hijriah Sebagai Tahun Umat Islam"
Posting Komentar