Jumat, 23 September 2011

STRUKTUR PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH


  1. 1. Pengkajian Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Suatu hal yang harus disadari bahwa pada hakekatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor – faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Apakah itu latar belakang, ekonomis, sosial, politik, kebudayaan atau faktor-faktor lainnya. Secara operasional suatu gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Misalkan sebuah mobil yang di parkir di sebuah garasi mungkin tidak merupakan masalah, tetapi sekiranya kita melihat mobil tersebut mogok di tengah jalan protokol yang macet dan mengganggu lalu lintas, maka jelas hal ini merupakan masalah.
Dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah maka kita dapat mengidentifikasikan obyek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaam masalah dimana suatu obyek. Seperti dalam suatu obyek dalam suatu jalinan situasi tertentu maka sebuah mobil yang mogok di tengah jalan dapat menimbulkan kemacetan lalu linta dengan cepat dapat kita kenali sebagai masalah.

Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam kegiatan ilmu berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas jawabannya yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian melainkan kualitas jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan 2/3 hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sejumlah penemuan yang kurang dapat di pertanyakan. Untuk itu maka permasalah harus dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah yang merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentikasikan faktor mana saja yang termasuk kedalam lingkup permasalahan dan faktor mana yang tidak. Sekiranya kita ingin mengadakan studi perbandingan antara pendat formul dan pendapat non formal umpamanya, maka ruang lingkup permasalahan itu harus dibatasi dengan pengemukakan serangkaian pertanyaan, seperti dari segi maka studi perbandingan itu akan didekati, apakah dari segi efisiensi, efektifitas, ekonomi, sosiologi, kultural atau proses belajar mengajar ?
Dengan pembatasan ini maka fokus masih menjadi bertambah jelas yang memungkinkan kita untuk merumuskan masalah dengan baik. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan – pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah di jabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah, atau dengan kata lain perumusan masalah perupakan pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah di jawab. Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu merumuskan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga cara berfikir kita. Umpamanya studi perbandingan antara pendidikan formal dengan pendidikan non formal. Setelah dibatasi masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Dalam mata pelajaran IPA di SD, metode pendidikan manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non formal
  2. Dalam mata pelajaran IPS di SD, metode pendidikan manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non formal
  3. Dalam mata pelajaran Matematika di SD, metode pendidikan manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non formal.
Setelah masalah di rumuskan dengan baik baik maka seorang peneliti menyatakan tujuan penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah di rumuskan. Setelah itu maka di bahas kemungkinan kegunaan peneltiian yang merupakan manfaat yang dapat di petik dari pemecahan masalah yang didapat dari penelitian.
Maka dapat disimpulkan langkah – langkah dalam pengajuan masalah sebagai berikut :
Pengajuan masalah
  1. Latar belakang
  2. Identifikasi masalah
  3. Pembatasan masalah
  4. Perumusan masalah
  5. Tujuan penelitian
  6. Kegunaan penelitian
2. Pengajuaan Kerangka Teoritis
Setelah masalah berhasil di rumuskan dengan baik maka langkah ke 2 dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupaman dugaan / jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan seperti diketahui dalam memecahkan berbagai persoalan terdapat bermacam cara tersebut dapat dikategorikan kepada cara ilmiah dan cara non ilmiah. Tentu saja dalam kegiatan penelitian ilmiah maka cara yang harus di pakan dalam memecahkan masalah adalah cara ilmiah. Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakekatnya adalah memeprgunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.
Upaya yang kita lakukan adalah mencoba mengkaji berdasarkan pengetahuan ilmiah mengenai karakteristik dari pendidikan formal dan non formal seperti : apakah yang disebut pendidikan formal dan non formal itu ? bagaimana cara pendidikan di lakukan? Apakah prasarana dan sarana yang dipergunakan ? Bagaimanakah caranya mengembangkan kurikulum ? Bagaimana caranya melakukan bimbingan ? Tenik evaluasi apa yang dipergunakan ?
Upaya yang ke 2 disebabkan studi kita adalah membandingkan pendidikan formal dan non formal adalah mencoba mencari perbedaan karakteristik yang terdapat dalam kedua pendidikan tersebut, umpamanya saja apakah perbedaan yang bersifat karakteristik dalam proses belajar mengajar ? Adakah perbedaan dalam pemberian bimbingan ? Adakah perbedaan dalam peranan guru ? Berbedakah aktifitas murid dalam kedua proses belajar tersebut? Dimanakah letak perbedaan dalam pelaksanaan penilaian ?
Kesimpulan tersebut diatas disebut hipotesis yang secara susah payah kita turunkan dari pengetahuan ilmiah yang ada. Jadi tidak benar kalau ada orang yang menganggap bahwa seorang peneliti ilmiah boleh mengajukan hipotesis secara asal-asalan. Seperti diketahui pada hakikatnya metode lmiah dapat disimpulkan ke dalam 2 langkah utama yakni pertama, pengajuan hipotesis yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif di jalin dari pengetahuan yang dapat diandalkan dan kedua, pengumpulan data secara empiris untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung / menolak hipotesis tersebut. Semboyan ilmiah pada hakekatnya adalah sebuah kalimat yang berbunyi “ Yakinkan secara logis dengan kerangka teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang relevan.
Jadi pada hakekatnya seorang ilmuan boleh tidak menerima hasil penelitian seseorang, apa pun juga hasilnya sekiranya kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesis baginya tidak meyakinkan.
Agar sebuah kerangka teoritis dapat disebut meyakinkan maka argumentasi yang disusun tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat.
Pertama , teori – teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berfikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Kedua, analisis filsafati dari teori – teori keilmuan yang di fokuskan kepada cara berfikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara eksplisit.
Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.

3. Metodologi Penelitiaan
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara dedukatif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empris, artinya kita melakukan verifikasi apakan pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diakukan tersebut didukung / tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual.
Kalau dalam proses pengajuan hipotesis kita dituntut untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif maka dalam proses verifikasi kita dituntut untuk melakukan penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari fakta yang bersifat individual. masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berfikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.
4. Hasil Penelitian
Setelah perumusan masalah, pengajuan hipotesis dan penetapan metodologi penelitian maka sampailah kita kepada langkah berikutnya yakni melaporkan apa yang kita temukan berdasarkan hasil penelitian. Sebaiknya bagian ini betul-betul dipergunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk menarik kesimpulan penelitian. Deskripsi tentang langkah dan cara pengolahan data sebaiknya sudah dinyatakan dalam metodologi penelitian. Sering kita melihat bahwa bagian ini dipenuhi dengan pernyataan yang kurang relevan dan pembahasan.
Pembuktian disini berarti mengajukan bukti yang berupa pengajuan bukti yang berupa pengajuan secara empiris hasil penelitian yang menyebabkan menjadi kurang tajamnya fokus analisis dalam pengkajian. Dalam membuat hasil penelitian makalah harus selalu di ingat bahwa tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan.

Sumber Pustaka
Suriasumantri Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan : 2005

1 komentar: