Minggu, 18 September 2011

Ibnu Malik Pelopor Ke-Emasan Nahwu Madhab Andalus


 BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang masalah
Al-Andalus adalah nama dari semenanjung Iberia(Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam atau orang Moor dalam berbagai waktu antar tahun 711 -1492. Keilmuan di Andalusia berlangsung selama kekuasaan Bani Umayyah dari tahun 137-422 H. ilmu bahasa arab berkembang seiring perkembangan keilmuan di Cordova dan kota-kota lainnya banyak orang yang mengajarkan dasar-dasara bahasa arab melalui kajian teks dan syair. Mayoritas dari mereka adalah para quro yang hidup mengabdi menjaga kemurnian bacaan al-qur’an, mereka melakukan perjalanan ke Timur untuk belajar bacaan al-qu’ran dan lain sebagainya lalu kembali dan mengajar di Andalusia. Ada beberapa tokoh nahwu di Andalusia, diantaranya: Abu Musa Al-Hiwari,al-Ghazi bin Qis, Judiy Bin Utsman al-Maururi, dan masih banyak lagi dan yang paling terkenal adalah Ibnu Malik dengan kitab alfiyahnya.
Ibnu Malik adalah pakar gramatika yang banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang akan dibahas dalam pembahasan berikutnya.

2.      Rumusan masalah
Makalah ini meliputi pembahasan yang berkaitan dengan ahli tokoh bahasa arab yang bernama Ibnu Malik, permasalahan tersebut meliputi biografi, riwayat pendidikan, dan asal-usul istinbat dalam gramatikanya.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      GEOGRAFIS ANDALUS
Andalusia (bahasa Spanyol: Andalucía) adalah sebuah komunitas otonomi Spanyol. Andalusia adalah wilayah otonomi yang paling padat penduduknya dan yang kedua terbesar dari 17 wilayah yang membentuk Spanyol. Ibu kotanya adalah Sevilla.[1]
Andalucia dibatasi di utara oleh Extremadura dan Castilla-La Mancha; di sebelah timur oleh Murcia dan Laut Mediterania; di sebelah barat oleh Portugal dan Samudra Atlantik (barat daya); di selatan oleh Laut Mediterania (tenggara) dan Samudra Atlantik (barat daya) terhubungkan oleh Selat Gibraltar di ujung selatan yang memisahkan Spanyol dari Maroko. Juga di selatan ia berbatasan dengan Gibraltar, koloni Britania Raya.
Nama Andalusia berasal dari nama bahasa Arab "Al Andalus", yang merujuk kepada bagian dari jazirah Iberia yang dahulu berada di bawah pemerintahan Muslim. Sejarah Islam Spanyol dapat ditemukan di pintu masuk al-Andalus. Tartessos, ibu kota dari Peradaban Tartessos yang dahulu besar dan berkuasa, terletak di Andalusia, dan dikenal di dalam Alkitab dengan nama Tarsus. Lebih banyak informasi tentang wilayah ini dapat ditemukan dalam entri Hispania Baetica, nama provinsi Romawi yang dahulu terletak di wilayah ini.
Budaya Andalusia sangat dipengaruhi oleh pemerintahan Muslim di wilayah itu selama delapan abad, yang berakhir pada 1492 dengan penaklukan kembali atas Granada oleh raja dan ratu Katolik.

Bahasa Spanyol yang digunakan di benua Amerika pada umumnya merupakan turunan dari dialek Andalusia dari Spanyol Castilian karena peranan yang dimainkan oleh Sevilla sebagai pintu gerbang ke wilayah-wilayah Spanyol di Amerika pada abad ke- 16 dan 17.
Andalusia terkenal karena arsitektur Moor-nya. Monumen-monumen terkenal di Andalusia antara lain adalah Alhambra di Granada, Mezquita di Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di Sevilla. Sisa-sisa penggalian arkeologis termasuk Medina Azahara, dekat Córdoba dan Itálica, dekat Sevilla.

2. PERKEMBANGAN NAHWU DI ANDALUSIA (IBNU MALIK)
Sejarah mencatat, dunia ilmu pengetahuan Islam telah sampai ke Eropa pada abad pertengahan. Begitu gemer-lapnya, cahaya Islam bagaikan menara gading yang mengagumkan. Sehingga banyak orang, baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun non-Muslim, mempelajari ilmu pengetahuan dari Islam. Salah seorang cendekiawan Muslim yang muncul di tanah Eropa, tepatnya di Andalusia (Spanyol), adalah Muhammad bin Abdullah bin Malik Al-Thai. Cendekiawan Muslim yang lebih akrab dipanggil Ibnu Malik ini lahir di Kota Jayyan, Andalusia, pada tahun 600 H. Ia adalah seorang ahli bahasa Arab.
Sewaktu pasukan Salib menguasai Andalusia. Ibnu Malik berhijrah ke wilayah timur. Dia pernah singgah di Mesir kemudian menetap di Damaskus, Suriah. Selain dikenal sebagai pakar dalam tatailmu bahasa, Ibnu Malik juga mahir di bidang ilmu bacaan Alquran {qiraat) dan ilmu hadis. Tidak hanya di cabang tata bahasa. Ibnu Malik telah mengarang sejumlah kitab hadis, seperti kitab SyawahidAITaudhh li Al-MusykilatAl-Jami Al-Shahih.
Di bidang bahasa terutama ilmu tashrif\Ibnu Malik mengarang kitab Ijaz Al-Tashriffi llm Al-Tashrif, Lamiyat Al-Afal. dan Al-ttidlad fi Al-dha wa Al-dla. Kepakarannya itulah yang di kemudian han mencetak generasi ulama-ulama andal, antara lam Badr Al-Din Ibn Jamaah, hakim di Mesir, Abu Al-Hasan Al-Yunaini, ahli hadis terkemuka dan Ibn Al-Nuhas, seorang pakar nahwu terkemuka. Ibnu Malik meninggal pada 12 Syaban 672 sebagai seorang imam yang dikenal zuhud dan cinta ilmu. Bahkan, sebelum wafat, dia masih sempat menghafal delapan bait.

3 BIOGRAFI IBNU MALIK
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Tha’i al-Jayyalani al-Asyafi’i. Ibnu Malik lahir tahyun 600 H.[2] Menurut riwayat yang paling mu’tabar di daerah jayan, distrik Andalus tengah.

Masa muda Ibnu Malik disibukkan dengan menuntut ilmu. Pada awal kehidupan imiahnya, beliau menghafalkan al-Qur’an, kemudian diikutinya dengan belajar ilmu qiro’at, kalam (teologi) dan tatabahasa arab.
Dalam ilmu bahasa arab, mula-mula beliau belajar dari syeikh Abi al-Mudzafar Tsabit bin al-Khiyar (w. 628 H) dan syeikh Abu Ali al-Syalaubin. Tapi pengembaraannya tidak sampai di situ saja, beliau pun belajar pada syeikh Abi Rozin bin Tsabit dan Abi Abdullah Muhammad bin Malik.

Perjalanan Ibnu Malik ke timur jauh dimulai terjadinya chaos dan kekacauan di Andalus yang di ikuti dengan keluarnya Amir al-Mukminin, Abu Abdullah Muhammad bin Ya’ qub dari Isybili atau Sevilla (kota spanyol) tahun 609 H. Menuju ke daerah Jayan, sekaligus menjadikannya sebagai tempat pemukiman sementara, sambil membangun dan menata kembali kekuatannya. Pada suatu acara perjalanan yang direncakannya beliau bertemu dengan Advent di suatu tempat yang di kenal dengan “Uqob” daerah sebelah barat benteng Salim.
Pertemuan ini dimanfaatkan oleh Advent untuk menyiapkan angkatan bersenjatanya. Satu hal yang tidak diduga sama sekali oleh Amir al-Mukminin. Akibat selanjutnya dan konfrontasi yang tidak imbang ini adalah; kekalahan dan jatuhnya banyak korban di pihak orang-orang Islam, yang disebabkan karena ketidaksiapsiagaan kekuatan pasukan Islam waktu itu.
Bahwa tragedi ini (terjadi pada pertengahan Safar 609 H.) telah melahirkan “ketakutan” yang dirasakan penduduk Andalus secara umum, dan penduduk Jayan secara khusus, adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri. Dan bukanlah hal yang mustahil bila dikatakan, bahwa mendiang ayahnya adalah salah satu korban dari peristiwa ini. Bila itu terjadi, maka Ibnu Malik ditinggal ayahnya ketika ia masih kecil, dan sebatangkara di Andalus-barangkali-yang mengantarkan beliau harus pergi dari Andalus menuju ke Timur Jauh. Ada dua hal yang mendorong Ibnu Malik untuk melakukan pengembaraan ke Timur Jauh, (ketika itu umurnya sekitar 25-30 tahun) pertama adalah; disebabkanpergolakan-pergolakan yang terjadi pada masa itu. Kedua adalah; tradisi orang-orang Andalus acapkali melakukan perjalanan jauh dan sebagian besar dilakukan ke wilayah Hijaz, untuk menunaikan ibadah haji dan mencari ilmu.
Dari paparan cerita di atas, maka jelaslah bahwa Ibnu Malik melakukan perjalanannya di waktu usianya masih belia. Karenanya beiau tidak menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di kota kelahirannya itu, tapi diselesaikan dan disempurnakannya di Timur Jauh.
Kepergian Ibnu Malik adalah dalam rangka menghindari gejolak sosial dan politik yang terjadi di Andalus, tetapi tempat yang menjadi tujuan Ibnu Malik pun ternyata dalam keadaan bergejolak, akibat dari sisa-sisa perang Salib, dan tartar ditambah dengan munculnyaperebutan tampik kekuasaan antara generasi pasca Shalahuddin alAyyubi di Timur Jauh. Hal ini berakibat pada pecahnya daulah al-Ayyubiah setelah kematian Shalahuddin.
Kendatipun demikian, tumbuhnya kajian-kajian ilmiah dari berbagai disiplin ilmu tidak bisa dibendung dengan ditandai munculnya Mesir dan Syam menjadi pusat kegiatan dan kebangkitan kebudayaan dan peradaban, yang ditambah dengan gerakan tuli-menulis dan kodifikasi ilmu pengetahuan.
Ibnu Malik pernah berguru pada Syeikh ‘Alamuddin al-Syakhawi al-Nahwi al-Muqrie al-Syafi’i (w. 643H.), Ibnu Shabah (w. 632H), Mukarram/Abi Shaqr (w. 635H), yang ketika itu berada di Damaskus. Sedangkan Ibnu Ya’isy (w. 643H), dan Ibnu Amrun yang kesemuanya dari Aleppo.

4 KARYA-KARYA IBNU MALIK[3]
Dalam bidang nahwu, sharf dan qiroat. Yaitu:
1)      Al-Khafiyah al-Syafiyah; dengan metode nadzoman, jumlahnya mendekati tiga ribu bait, mengupas dan mengkaji ilmu Nahwu dan Sharf.
2)      Al-Khulashoh; adalah karya monumentalnya. Buku yang disusunnya ini sungguh merupakan satu-satunya buku yang paling komprehenship di bidang Nahwu dan Sharf, sistematis dan disusun dengan cara yang sangat baik.
3)      Al-Tashil; seperti dua kitab sebelumnya, kitab ini berkaitan dengan gramatika bahasa arab.
4)      Ijaaz al-Ta’rif fi ‘ilmi al-Tashrif dan Sarh Tashrif Ibnu Malik, kedua kitab ini lebih difokuskan pada disiplin ilmu Saraf.
5)      Al-Malikiyah fi al-Qiroat dan al-Lamiyyah fi al-Qiroat.
6)      Nadzmu al-Farid dan Ikmalu al-I’lam bi mutsallatsi al-Kalam adalah karyanya dalam bidang bahasa


BAB III
PENUTUP
Setelah memaparkan bab tentang ibnu malik maka kesimpulan yang dapat dirumuskan disini adalah bahwa perkembangan ilmu nahwu di Andalusia sangat signifikan. Perkembangan tersebut sangat berpengaruh terhadap hazanah pengetahuan tentang ilmu nahwu, salah satu karya emasnya adalah kitab al-fiyah ibnu malik tersusun dalam 1002 bait nadzam yang menggunakan bahar rozaz dengan wazan مستفعل مستفعل مستفعل[4], dan pada bab yang selanjutnya akan melahirkan madrasatu an-nahwiyah di mesir.




DAFTAR PUSTAKA
KH M.Wafi dan A.Bahauddin, Khazanah Andalus hal 16
Dr Syauki Daif, al-madaris an-nahwiyah, hal 309
http://forumstudinahwu.blogspot.com/
 Ahmad Fatah MA Ilmu arud al-qawafi







[2] Dr Syauki Daif, al-madaris an-nahwiyah, hal 309
[3] KH M.Wafi dan A.Bahauddin, Khazanah Andalus hal 16
[4] Ahmad Fatah MA Ilmu arud al-qawafi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar