Kamis, 09 Desember 2010

Puisi (syair ) Jahiliah Sebagai orisinilitas peradaban bangsa Arab


1. Puisi (Syair) Arab Pada Masa Jahiliah

Mendengar kata jahiliah mungkin asumsi yang terdengar adalah asumsi negative yang mengklaim bahwa masyarakat pada waktu itu adalah bodoh dan tidak memiliki peradaban. Padahal realitasnya tidak seperti itu, bangsa arab pada masa jahiliah bukanlah bangsa yang bodoh yang akhlaknya ruksak, moralnya dangkal dan tidak memiliki peradaban tinggi. Mereka tidak mempunyai karya cipta dan hasrat untuk menopang peradabannya menjadi peradaban yang tinggi juga makmur diabadikan oleh sejarah, akan tetapi pada masa ini merupakan masa awal yang subur bagi berkembangnya genre sastra puisi sebagai cipta rasa kebudayaannya yang orisinil yang menjadi rekaman sejarah mereka.

Melihat dari historisitasnya sebenarnya orang pertama yang menamai bangsa arab jahiliah adalah Rasuluah SAW. Kata jahiliah dinisbatkan rasululah untuk menyebut bangsa arab sebelum islam yang kapir dan selalu membangkang pada kebenaran. Ahmad Amin seorang pakar sejarah dan kebudayaan islam memberikan defenisi mengenai kata jahiliah, menurut hemat beliau kata jahiliah bukanlah berasal dari kata jahl yang berarti bodoh tiada ilmu tetapi jahl disini adalah dalam artian saffah, ghadhab, anfak (sedai, berang, tolol). Jadi bangsa arab jahiliah adalah bangsa arab sebelum datangnya islam yang keras kepala selalu membangkang kepada kebenaran, mereka terus menentang kebenaran meskipun mereka tahu bahwa mereka salah ataupun dalam posisi tidak benar.

Pada masa jahiliah sudah ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair dan penyair yang terkenal pada masa itu disebut dengan penyair mualaqat. Para penyair ini merupakan penyair kenamaan, mempunyai reputasi dan pengaruh tinggi terhadap sejarah kesusastraan dan peradaban bangsa arab. Namun dari sekian banyak yang paling terkenal akan keindahan syairnya hanya ada tujuh sampai sepuluh orang saja, sebab dari sebagian hasil karya mereka masih utuh dan terjaga hingga sekarang. Pada masa Tabrizy ada sepuluh jumlah penyair muallaqat yakni: Umrul Qais, Nabighah, Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros. Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab. Hasil syair karya mereka terkenal dengan sebutan Muallaqat. Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai arti yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa itu, pasti digantungkan di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya. Dan dari dinding Ka’bah inilah nantinya masyarakat umum akan mengetahuinya secara meluas, hingga nama penyair itu akan dikenal oleh segenap bangsa Arab secara kaffah dan turun temurun. Karena bangsa Arab sangat gemar dan menaruh perhatian besar terhadap syair, terutama yang paling terkenal pada masa itu. Seluruh hasil karya syair digantungkan pada dinding Ka’bah selain dikenal dengan sebutan Muallaqat juga disebut Muzahabah yaitu syair ditulis dengan tinta emas. Sebab setiap syair yang baik sebelum digantungkan pada dinding Ka’bah ditulis dengan tinta emas terlebih dahulu sebagai penghormatan terhadap penyair.

Puisi (syair) pada masa jahiliah mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam peradaban mereka, tidak hanya pada masa jahiliah tetapi pada masa islam, pada masa khalifah dan daulah islamiah sampai sekarang kepada kita puisi mempunyai tempat yang teramat special dihati masyarkat arab secara global. Bisa dikatakan bahwa puisilah menjadi identitas kemurniaan sastra arab yang diwariskan dari pendahulu mereka. Lebih dari itu puisi arab terutama puisi pada masa jahiliah dijadikan rujukan sejarah bagi masyarakat dan perabadan terdahulu bangsa arab yang paling utama dan di jadikan sumber otentik untuk mengetahui dan meneliti bukti sejarah (disamping al quran dan kitab injil umat nasrani) karena bisa diasumsikan bahwa puisi-puisi pada masa jahiliah adalah bukti sejarah yang riil yang sampai kepada kita melihat dari itu banyak bukti-bukti sejarah seperti bangunan-bangunan, prasasti-prasasti mereka cepat rusak dimakan zaman. Tidak sedikit dari para pakar sejarah merujuk kepada puisi-puisi klasik untuk mencari sumber bangsa arab terdahulu terutama pada puisi-puisi arab jahilah.

Kendati pada masa ini disebut masa jahiliah, tetapi mereka mempunyai kebudayaan dan peradaban tinggi. Bersyair merupakan sebuah karya yang sangat orisinil bangsa Arab pada masa itu menjadi sumber hukum, yang pertama. Baru setelah datangnya masa Islam semua itu berobah total. Islam sebagai rahmatan lil alamin dengan quran dan hadis sebagai sumber hukumnya, menyeru kepada kebaikan, menghormati sesama jenis, saling mencintai dan saling mengenal, yang bertitik beratkan kepada aspek moral yakni makarimal akhlak. pada masa islamlah bangsa arab menjadi bangsa besar yang telah menaklukan emperium bangsa romawi dan emperium bangsa persia yang menjadi sumber peradaban dunia.

2. Definisi Puisi Pada Masa Jahiliah

Puisi adalah untaian kata-kata berirama yang terikat pada wazan, bahr dan qafiah tertentu. Pada masa ini puisi haruslah mempunyai pemilihan kata (diksi) dan imajinasi yang kuat supaya terciptanya suatu karya puisi yang abadi, mempunyai bentuk ungkapan yang mengesankan dan mendalam bagi mereka. disamping itu puisi harus mencerminkan keaadan masyarkat pada waktu itu supaya ada nilai yang melekat di hati mereka dan menjadi puisi yang popular dikenang sepanjang masa.

Melihat dari totalitas esensi puisi pada masa jahiliah puisinya singkat, bahasanya padat, dan ketika membuat suatu perumpamaan dalam berpuisi mereka selalu membuat perumpamaan yang langsung di lihat dengan mata telanjang, jauh dari uslub yang berlebihan ini sesuai dengan tabiat mereka, tabiaat mayarakat pada masya jahiliah yang hidupnya simple. seluruh syair arab jahili berbentuk hurufnya muqofa (huruf ujungnya sama) bahkan qafiayah ini bukan hanya pada syair saja, tetapi kalimat-kalimat keagamaan dan kalimat-kalimat lainnya yang dianggap penting yang tidak terikat oleh kaidah-kaidah syair dalam arti sempit seperti ungkapan peramal, para ahli hikmah, orasi kadang berbentuk muqofa.

Sebagaimana telah dipaparkan diatas, puisi memiliki kedudukan penting dalam khazanah perdaban bangsa arab terutama masyarakat jahiliah pada waktu itu sangat menyukai puisi, itu brimbas kepada para penyair sebagai pencipta puisi yang otomatis dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu mendapatkan posisi yang tinggi derajatnya. Para penyair pada masyarakat jahiliah merupakan kaum intelektual yang otomatis menguasai ilmu bahasa terutama baca tulis yang kebanyakan dari bangsa arab adalah ummi/buta huruf. Disamping itu sebagian besar para penyair pada waktu itu menguasai ilmu-ilmu yang notabene penting dan sangat dibutuhkan pada masanya seperti ilmu perbintangan, nasab, perdukunan, tanda jajak dll.

Menurut Ahmad amin secara etimologi kata sya’ara/syair(شعر) mempunyai arti a’lima (mengetahui). Seprti kata sya’aratun bihi yang artinya a’limtu. Karena dalam bahasa arab syair memiliki arti al-I’lm (pengetahuan) dikatakan laita syi’iri yang sama mempunyai arti dengan kalimat laita I’lmi (semoga ilmuku) dan asyu.’arahi ibn al-amr mempunyai arti a’lamahu (memberitahukan persoalan) jadi sudah jelas bahwa kata syair mempunyai arti alim (orang yang mengetahui), yakni orang yang mengetahui persoalan yang belum diketahui orang banyak. Dalam al-quran juga kata yasy’urukum mempunyai makna ya’lamukum (mengetahui). sperti dapat dipahami pada ayat dibawah ini;

ومايشعركم أنها اء ذا جاء ت لا يؤمنون

Dan apakah yang menjadikan kamu tau bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman (QS.6;109)
.

Sedangkan dalam kamus lisan arab, kata sya’ara dimaknai ilmu dan makrifah. Oleh karena itu kata asy-syua’ara artinya ulama. Kemudian makna syair meluas dan berkembang menjadi kata puisi.

3. Genre puisi pada masa jahiliah

Sangat sulit untuk melepaskan puisi dalam kehidupan masyarakat jahiliyah, karena dari setiap aspek kehidupan mereka tidak terlepas dari bersyair, puisi merupakan ujung tombak senjata utama bagi mereka untuk mengangkat moral mereka baik saat berperang, melakukan ritual agama, saat berdagang, berorasi politik, saat bersantai-santai ataupun sekedar menghilangkan rasa keluh kesah mereka yang menggambarkan aktivitas mereka saat itu. Sehingga tidak aneh syair memiliki kedudukan yang penting dan pengaruh yang kuat pada masyarkatnya waktu itu, maka masing-masing kabilah saling berbangga dengan kemunculan seorang penyair handal dari kalangan mereka dan mereka kerap kali mengadakan acara khusus untuk menyaksikan dan menikmati syair-syair tersebut.

Masih ingat dalam benak kita bahwa pada musim haji di pasar ukaz sering diadakan perayaan sastra dan perlombaan membuat dam membaca puisi yang berpusan di Mekkah yang menjadi sental perdagangan dan kebudayaan saat itu di Hijaz. Bagi pemenang perhralatan sastra tersebut karyanya akan ditulis dengan tinta emas dan di gantingkan dika’bah yang disebut dengan muallaqot. untuk nama kesepuluh penyair ini sudah penulis paparkan diatas. Kasidah mualaqot merupakan salah satu bukti bahwa pada masa ini bangsa arab sudah memperhatikan peradaban mereka yakni bersyair sebagai sarana untuk berkarya dan membangun perababan yang makmur.

Kuatnya tradisi berpuisi bangsa arab jahili digambarkan oleh Syukri Fhaisol yang mengatatakan bahwa puisi bangsa arab hampir menguasai pembendaharaan bentuk ungkapan di berbagai bidang dalam bahasa arab seperti dalam bidang peperangan kita mengenal puisi fakhr, hija, khamasah. Dalam bidang ritual penghayatan ada puisi, madh hikmah, dalam perdamaian ada puisi madeeh, itidraz dll. Semua bidang tersebut pada masa jahiliah tumbuh dalam suasana puitis bahkan rotsa dan mantra-mantra yang biasanya di gunakan para dukun jahiliahpun bersajak sehingga dikenal dengan sajak Saja’ul kuhhan. Hubungan diantara keduanyapun begitu dekat dengan wazan dan qafiahnya.

Jenis-jenis syair pada masa jahiliyah :

1. Al-Madh puisi pujian. Puisi jenis ini biasanya digunakan untuk memuji seseorang dengan segala sifat dan kebesaran yang dimilikinya seperti kedermawanan, keberanian maupun tingginya kepribadiab ahlak seseorang yang dipujinya

2. Al-Hija’ puisi cercaan puisi ini digunakan untuk mengeejeek atau mencaci seorang musuh dengam menyebutkan keburukan musuh, baik itu untuk mengejek individu mushnya maufun kabilahnya

3. Al-Fakhr puisi membangga. Puisi jenis ini biasanya digunakan untuk berbangga-bangga dengan segala jenis kelebihan dan keunggulan yang dimuliki oleh suatu kaum. Pada umumnya puisi ini digunakan untuk kemenangan dan kemenangan seseorang atau kabilah dalam peperangan.

4. Al-Hamaasah puisi semangat yakni puisi ini digunakan untuk membangkitkan semangat dan membakar emosi pasukannya ketika ada suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu motivasi dalam hidup untuk berjuang

5. Al-Ghozal/ tasybih adalah jenis puisi yang didalamnya ber isi tentang ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita dan kecantikannya dahkan tempat tinggalnya atau pun segala sesuatu yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka.

6. Al-I’tidzar puisi permohonan maaf. Puisi seperti ini biasanya digunakan untuk mengajukan udzur dan alas an dalam suatu perkara dengan jalan mohon maaf dan mengakui kesalahan yang telah ia perbuat

7. Ar-Ritsa’ puisi belasungkawa, puisi ini digunakan untuk mengingat jasa seseorang yang sudah meninggal dunia.

8. Al-Washf merupakan sebuah jenis puisi yang bisanya digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian dengan penggambaran alam. Biasanya puisi seperti ini memberikan suatu gambaran ataupun penjelasan perhadap sesuatu dengan sangat simbolistik dan ekspresionistik seperti menggambarkan jalannya perang, keindahan alam dll.

9. Hikmah puisi petuah bijak. jenis puisi seperti ini biasanya berisi tentang pelajaran kehidupan yang baik pada masa jahiliah.

Contoh puisi-puisi pada masa jahiliayah
Dibawah ini merupakan contoh puisi hikmahnya zuhair bin abi sulma

سئمت تكاليف الحياة ومن يعش # ثمانين حولا لاأبالك يسأم
واعلم ما في اليوم ولأمس قبله # ولكننى عن علم ما في غد عم
رأيت المنايا خبط عشواء من تصب # تمته ومن تهتئ يعمرفيهرم
ومن يجعل المعروف من دون عرضه # يفره ومن لايتق الشتم يشتم
ومن يوف لا يذمم ومن يهد قلبه # اء لى مطمئن البرلايتجمجم
ومن هاب اسباب المنايا ينلنه # واء ن يرق اسباب السماء بسلم
ومن يجعل المعروف في غير أهله # يكن حمده ذما عليه ويندم
لأن لسان مرء مفتاح قلبه # اء ذا هو أبد ما يقول من الفم
لسان الفتى نصف ونصف فؤاده # فلم يبق اءلا صورة اللحم والدم

Artinya : “Aku telah jemu dengan beban hidup, dan barang siapa yang berumur sampai delapan puluh tahun, pasti ia akan jemu dengan beban hidupnya, aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin tetapi aku tetap tak tahu akan hari esok, aku melihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu barang siapa yang didatangi pasti mati dan siapa yang luput diakan lanjut usia, barang siapa yang selalu menjaga kehormatannya maka di akan terhormat dan siapa yang tidak menghindari cercaan orang di akan tercela, barang siapa yang menempati janji akan tercela barang siapa yang terpimpin hatinya maka ia akan selalu berbuat baik, barang siapa yang takut mati pasti dia akan bertemu juga dengan maut walaupun ia naik ke langit dengan tangga (melarikan diri), barang siapa orang yang menolong tidak berhak ditolong maka dia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.”

Dibawah ini meupakan contoh puisinya ghazal umrul Qais

وليل كموج البحر أرخى سدوله # علي بأنوع الهموم ليبتل
فقلت له لما تمطى بصلبه # واردف اعجازا وناء بكلكل
اﻻايهاالليل الطويل اﻻ انجلى# بصبح وما اﻻء صباح منك بأمثل
فيا لك من ليل كان نجومه # بكل مغار الفتل شدت بيذ بل

Artinya: “ Malam bagaikan gelombang samudra menyelimutkan tirainya padaku, dengan kesedihan untuk membencanaiku, aku berkata padanya kala ia menggeliat merentang tulang punggungnya dan siap melompat menerkam mangsanya, wahai malam panjang kenapa engkau tidak segera beranjak pergi yang digantikan pagi yang tiada pagi seindah kamu, Oh… malam yang gemintangnya, bagaikan terjerat ikatan yang kuat.

Dibawah ini merupakn puisi madahnya nabigoh ketika memuju raja nu’man

فاءنك شمس و الملوك كواكب # اء ذا طلعت لم يبد منهن كوكب

Artinya: “sesungguhnya engkau adalah matahari, sedangkan para raja yang lain dalah bintang-bintang, bila kau terbit tak ada sayu bintangpun yang berani menampakan diri.”



Kondisi geografis dan etnis masyarakat Arab, menjadi faktor yang cukup dominan bagi perkembangan syair pada masa jahiliyah. Syair Jahiliah dijadikan sumber utama dalam kajian kesusastraan Arab dalam mengetahui citra keindahan bahasanya. Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam bukunya al-Mufid, Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan syair arab jahiliah, yaitu: Pertama adalah iklim dan tabiat alam. Syai'r jahiliah terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hampir sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra. Ketiga peperangan, dan keempat adalah faktor kemakmuran dan kemajuan, kelima agama, keenam ilmu pengetahuan, ketujuh adalah politik, kedelapan adalah interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya.

Syair jahiliah merupakan Karya sastra pada periode jahiliyah menggambarkan keadaan hidup masyarakat dikala itu, dimana mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair yang muncul tidak jauh dari pembanggaan terhadap kabilah masing-masing. Begitu juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat berperang membela kabilahnya, namun demikian karya-karya sastra pada periode Jahiliyah juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti hikmah dan semangat juang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah pada masa jahiliyah diriwayatkan dari mulut ke mulut kecuali yang termasuk kedalam al-Mu’allaqot, hal ini disebabkan masyarakat jahiliyah sangat tidak terbiasa dengan budaya tulis menulis, pada umumnya syair-syair jahiliyah dimulai dengan mengenang puing-puing masa lalu yang telah hancur, berbicara tentang hewan-hewan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya-karya sastra jahiliyah sulit dipahami karena sudah jarang dipakai dalam bahasa arab saat ini.

Melihat lebih jauh tradisi berpuisi bangsa arab mempunyai akar historis yang panjang. Sangat sulit bagi penulis untuk melacaknya. Yang jelas tradisi puisi pada masa jahiliah adalah embrio berkembangnya sastra arab hususnya genre yang berjenis puisi yang mrupakan cerminan orisinilitas pemikiran bangsa arab juga menjadi cerminan kehidupan mereka. Sangat jelas bahwa tradisi berpuisi masyarakat jahiliah terutama syair muallaqot merupakan titik tolak majunya peradaban bangsa arab yang akan maju pesat dan menjadi sumaber peradaban dunia pada abad pertengahan saat bersendtuhan dengan islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar