2 Tanggapan untuk "Perayaan Sekaten Keraton Yogyakarta: Antara Tradisi, Dakwah, Dan Pasar"

Unknown mengatakan...

Mungkin dahulu keti orang masih awam tentang ajaran Islam, hal ini memang efektif untuk dijadikan sebagai media dakwah, namun jika hal ini terus menerus digalakan apalagi di zaman sekarang ini, maka sangatlah tidak cocok, dilihat dari segi perayaan yang sangat besar melebihi perayaan hari besar agam Islam (idul fitri dan idul adha).
Terlebih ada keyakinan diluar ajaran Islam
"Bagi masyarakat Yogyakarta meyakini bahwa dengan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw, akan mendapat pahala dari Yang Maha Agung dan dianugerahi awet muda. Dalam prosesinya, mereka diharuskan menguyah sirih di halaman Masjid Agung Yogyakarta, terutama pada hari pertama dimulainya perayaan Sekaten."

tas kertas/paper bag blogs mengatakan...

dalam melihat perkembangan dari kebudayaan sekaten ini memang sudah masuk ke ranah komersialisasi meskipun perayaannya besar bagi saya tidak masalah tp jd permasalahannya adalah masalah keyakinan td.. masih banyak kepercayaan masyarakat jogjakarta yang mistis, hinduisme dll..... dan islam lambat laun merobah tradisi itu menjadi madani.
yogya memang istimewa dalam ranah kebudayaanya.. kebanyakan hasil produk budaya yang sekarang adalah bentuk akulturasi dengan kebudayaan lama dan menghasilkan kearifan lokal seperti sekaten ini..
bagi saya yang paling urgen sekarang yang menjadi ketakutan saya masyarakat orientasinya hanya transaksi jual beli dan tidak memahami makna sekaten. Pengunjung tidak banyak yang mendengarkan dakwah yang disampaikan di Masjid Gede yang terletak di barat Alun-alun Utara."Mereka kebanyakan sibuk dengan transaksi jual beli. Kondisi ini berbahaya karena masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomi,". Menurut Pengangeng Tepas Dwarapura Keraton, orientasi jual beli membuat banyak orang tidak punya waktu mengenal sejarah perayaan sekaten dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pengunjung sekaten disibukkan dengan hiruk pikuk transaksi jual beli. "Hiruk pikuk transaksi jual beli memang tidak bisa dihindari. Namun, memahami makna dakwah Islam dan kelahiran Nabi Muhammad SAW juga penting".